Trunyan, Desa Mistis di Bali yang Menyimpan Wangi Kematian
Bukit Trunyan - Foto instagram @suryaxdinata--
BACA JUGA:Riung Gunung, ‘Swiss’-nya Bandung Selatan yang Memikat Wisatawan
Tak semua jenazah ditempatkan di lokasi yang sama. Bagi mereka yang meninggal karena kecelakaan, penyakit, atau sebab tidak wajar, akan dimakamkan di tempat terpisah.
Aturan ini dijaga ketat turun-temurun, menegaskan filosofi kesucian dan keseimbangan alam yang diyakini masyarakat setempat.
Di Trunyan, kematian bukan hal yang menakutkan. Masyarakatnya memandang kematian sebagai bagian dari siklus kehidupan yang harus dijalani dengan tenang dan hormat.
Tak ada air mata berlebihan, tak ada upacara besar yang heboh. Semua berjalan sederhana, penuh makna.
BACA JUGA:Deretan Pulau Eksotis di Aceh, Surga Tropis yang Wajib Dikunjungi
Bagi wisatawan yang datang, pemandangan di Sema Wayah bukan sekadar pengalaman eksotis, tapi juga pelajaran tentang ketulusan hidup. Pohon Taru Menyan yang harum menjadi simbol keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh.
Ia mengajarkan bahwa manusia tak pernah benar-benar pergi, hanya kembali menjadi bagian dari alam yang melahirkannya.
Selain tradisinya yang unik, Bukit Trunyan juga menawarkan pemandangan alam luar biasa. Dari ketinggian desa, terlihat hamparan Danau Batur membentang luas dengan pantulan awan dan gunung di permukaannya.
Gunung Abang berdiri megah di sisi timur, sementara Gunung Batur tampak gagah di seberang.
BACA JUGA:Menjejak Puncak Cartenz: Keajaiban Salju Abadi di Tanah Papua
Udara pegunungan yang sejuk, suasana tenang, dan lanskap alami yang dramatis membuat Trunyan menjadi tempat ideal untuk mereka yang mencari kedamaian. Pagi hari adalah waktu terbaik untuk berkunjung.
Saat kabut perlahan terangkat dari permukaan air, cahaya matahari menyelinap lembut di sela pepohonan, menciptakan panorama yang memanjakan mata.
Desa Trunyan merupakan salah satu komunitas Bali Aga, yaitu penduduk asli pulau Bali yang hidup sebelum pengaruh Majapahit masuk.
Mereka memiliki adat, bahasa, dan sistem sosial berbeda dari masyarakat Bali modern. Hingga kini, mereka masih memegang teguh aturan adat yang diwariskan nenek moyang.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





