Disway Awards

Trunyan, Desa Mistis di Bali yang Menyimpan Wangi Kematian

Trunyan, Desa Mistis di Bali yang Menyimpan Wangi Kematian

Bukit Trunyan - Foto instagram @suryaxdinata--

BACA JUGA:Taman Nasional Aketajawe–Lolobata, Wisata Alam Eksotis di Jantung Halmahera

Bagi wisatawan yang ingin memahami sisi spiritual Bali lebih dalam, Trunyan menjadi destinasi penting. Di sini, tradisi bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan napas kehidupan sehari-hari. 

Dari cara mereka berpakaian hingga tata ruang rumah dan pura desa, semuanya menunjukkan hubungan erat antara manusia dan alam semesta.

Popularitas Trunyan sebagai destinasi wisata budaya terus meningkat. Namun, masyarakat setempat sangat berhati-hati menjaga kesakralannya. Tidak semua bagian desa boleh difoto, dan wisatawan wajib mematuhi aturan adat. 

Pemerintah daerah bersama pemuka adat telah menyusun tata kelola kunjungan agar tidak merusak nilai spiritual tempat ini.

BACA JUGA:Keindahan Bukit Merese, Surga Hijau di Ujung Selatan Pulau Lombok

Beberapa pemandu lokal kini diberdayakan untuk mendampingi wisatawan, menjelaskan filosofi dan sejarah desa dengan cara yang sopan dan edukatif. 

Bagi warga Trunyan, membuka diri pada wisata bukan berarti menjual kesucian leluhur, melainkan memperkenalkan kearifan lokal dengan tetap menjaganya.

Saat sore menjelang, suasana Trunyan berubah hening. Kabut turun pelan menutupi danau, sementara aroma lembut dari Taru Menyan masih terasa di udara. 

Di kejauhan, suara dayung perahu nelayan memecah keheningan, seolah menandai harmoni antara manusia dan alam.

BACA JUGA:Pesona Pantai Mawun, Surga Tersembunyi di Pelukan Perbukitan Lombok

Di sinilah esensi sejati Trunyan tersimpan: tempat di mana kehidupan dan kematian berdampingan dalam kedamaian, tempat di mana wangi menyan menjadi simbol persahabatan abadi antara roh leluhur dan manusia yang masih hidup.

Bagi siapa pun yang datang ke sini, Trunyan bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah cermin spiritualitas Bali yang dalam — ajakan untuk menatap kehidupan dengan lebih tenang, menerima kematian dengan lapang, dan menghormati alam yang menjadi ibu bagi segalanya.(*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: