Gunung Sibayak: Gunung Berapi Ringkas yang Menyimpan Banyak Cerita

Gunung Sibayak: Gunung Berapi Ringkas yang Menyimpan Banyak Cerita

Gunung Sibayak - Foto instagram @backpackerjakarta--

Rute Semangat Gunung populer karena petunjuknya jelas dan waktu tempuh yang singkat; sementara jalur Jaranguda cenderung lebih sepi dan menawarkan sudut pandang berbeda, namun biasanya direkomendasikan bagi pendaki yang sudah terbiasa atau didampingi pemandu. 

Kondisi jalur terbagi pada segmen vegetasi (kebun/hutan), segmen transisi (batuan), dan segmen kawah (punggungan berbatu dan area beruap). 

BACA JUGA:Menjelajah Dunia dalam Satu Tempat: Pesona The Great Asia Africa di Lembang

Keamanan: Uap, Belerang, dan Etika

Sibayak masih menunjukkan aktivitas geothermal: fumarola dan ventilasi uap menghasilkan bau belerang yang tajam di beberapa titik. 

Itu sebabnya pendaki dianjurkan memakai masker sederhana bila angin mengarah ke area beruap, menjaga jarak dari lubang uap, dan tidak berhenti lama dekat fumarola untuk menghindari iritasi pernapasan atau kerusakan peralatan. 

Larangan lain yang kerap ditekankan adalah tidak merebus makanan di lubang uap atau meninggalkan sampah — tindakan yang merusak lingkungan dan membahayakan orang lain. 

BACA JUGA:Gunung Lompobattang Sinjai: Wisata Alam Baru yang Jadi Permata Sulawesi Selatan

Waktu Terbaik dan Strategi Pendakian

Waktu favorit pendaki adalah pada jendela subuh: berangkat antara pukul 02.00–04.00 dari Berastagi memberi kesempatan mencapai tepi kawah sebelum matahari penuh, menangkap suasana sunrise, dan menghindari angin yang kian kencang siang hari. 

Musim kemarau memudahkan kondisi jalur; musim hujan menawarkan kehijauan dan langit dramatis tetapi membuat trek licin sehingga perlu ekstra kehati-hatian. 

Selalu cek kondisi cuaca dan ketersediaan rute di pos registrasi sebelum bergerak.

BACA JUGA:Air Terjun Sipiso-piso, Pesona Alam Menjulang di Tanah Karo

Itinerary Ringkas (1 Hari)

Jam 02.00 berangkat dari Berastagi, registrasi di pos, lalu mulai naik dengan headlamp. 

Dalam waktu 1,5–3 jam (tergantung ritme), Anda bisa sampai ke tepi kawah untuk menyaksikan matahari terbit, memotret punggungan berkabut, dan merekam tekstur batuan belerang. 

Turun perlahan, dan setelah sampai di kaki gunung, luangkan waktu untuk berendam di Lau Sidebuk-Debuk — beberapa kolam alami menawarkan suhu berbeda dan pemandangan pegunungan yang menenangkan. 

BACA JUGA:Serunya Menyusuri Sungai Banjarmasin dengan Kelotok

Perlengkapan dan Keselamatan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: