Desa Wisata Silokek, Simfoni Alam di Tanah Minangkabau

Desa Wisata Silokek, Simfoni Alam di Tanah Minangkabau

Salah Satu Sungai yang di apit dua tebing di Desa Wisata Silokek. / Foto --- instagram @sumatrain--

BACA JUGA:Temburun, Air Terjun Bertingkat Tujuh yang Memesona di Pulau Siantan

Selain potensi alamnya, Silokek juga dikenal karena masyarakatnya yang masih menjaga nilai-nilai adat Minangkabau. 

Di desa ini, tamu disambut dengan ramah dan hangat. Tradisi turun-temurun seperti tari piring, randai, dan musik talempong kerap ditampilkan saat menyambut wisatawan atau dalam perhelatan adat.

Tak hanya menjadi penonton, pengunjung juga bisa berpartisipasi langsung dalam kegiatan adat seperti baralek gadang (perayaan pernikahan adat Minang) atau batagak penghulu (pengangkatan pemimpin adat).

Interaksi dengan warga menjadi bagian dari pengalaman yang memperkaya perjalanan, memberikan wawasan tentang sistem sosial matrilineal dan struktur adat Minangkabau yang unik.

BACA JUGA:Menelusuri Keindahan dan Kisah Cinta di Pantai Pasir Perawan, Pulau Pari

Silokek juga menjadi surga tersembunyi bagi mereka yang menyukai tantangan dan aktivitas luar ruang. 

Jalur trekking menantang tersedia untuk menjelajahi perbukitan karst dan kawasan hutan tropis. Beberapa lokasi memungkinkan untuk melakukan kegiatan rappelling, yaitu menuruni tebing menggunakan tali, yang cukup memacu adrenalin.

Selain itu, Sungai Batang Kuantan yang membelah kawasan ini menawarkan pengalaman arung jeram yang seru. 

Arusnya cukup deras namun tetap aman bagi pemula, dan pengunjung akan didampingi oleh pemandu berpengalaman dari warga lokal. 

BACA JUGA:Menelusuri Keindahan dan Kisah Cinta di Pantai Pasir Perawan, Pulau Pari

Setelah lelah berpetualang, pengunjung bisa mencicipi kuliner khas Minangkabau yang disajikan dengan cita rasa rumahan, seperti pangek ikan, lamang tapai, dan rendang daun singkong.

Agar kunjungan ke Silokek berjalan lancar dan menyenangkan, ada beberapa hal yang patut diperhatikan. 

Pertama, sebaiknya datang pada musim kemarau, antara Mei hingga September. Pada periode ini, jalanan lebih mudah dilalui dan cuaca lebih mendukung untuk aktivitas luar ruangan.

Kedua, untuk pengalaman yang lebih otentik, wisatawan dianjurkan untuk menginap di homestay milik warga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: