Tradisi Rokok Jontal: Terbuat Daun Lontar yang Hidup di Pulau Sumbawa

Rokok jontal lebih dari sekadar batang rokok daun lontar merupakan lambang kemandirian, budaya agraris, dan ikatan kuat antara manusia dan lingkungan. Foto: Instagram@insidesumbawa_--
BACA JUGA:4 Cara Legal Dapatkan Saldo DANA Gratis hingga Rp250.000, Cuma Modal HP!
Perbedaan utama antara rokok jontal dan rokok pabrikan terdapat pada tingkat intensitas rasa dan aroma. Rokok jontal menghasilkan sensasi asap yang tegas dan cukup menantang bagi tenggorokan.
Karena pada umumnya hanya diminum oleh perokok dengan kebiasaan lama mereka menghadapi sensasi seperti ini sebagai bagian dari ritual, bukan hanya sekadar kebiasaan.
Rokok ini bahkan dianggap memberi rasa semangat tersendiri bagi orang-orang yang bekerja fisik, misalnya petani dan nelayan.
Mereka menyebutnya sebagai penyegar alami, terutama karena aroma daun lontar memiliki efek merangsang dan membangkitkan kesadaran tubuh.
BACA JUGA:KUR BRI 2025: Panduan Memilih Tenor agar Cicilan UMKM Tetap Ringan
Lebih dari sekadar kebiasaan merokok, rokok jontal mengandung simbol kemandirian. Pembuatan rokok ini merupakan bentuk pemanfaatan bahan lokal tanpa bantuan industri besar.
Melalui rokok jontal, orang Sumbawa menggunakan cara hidup yang bersahaja, berpijak pada alam, serta menghargai hasil karya tangan sendiri.
Pembuatannya juga menjadi sarana pewarisan budaya antar-generasi. Anak-anak dan remaja belajar mengolah daun lontar, mengerti bagian mana yang cocok, bagaimana menjemur, hingga mengikat gulungan tembakaunya.
Meski kini banyak anak muda beralih ke rokok instan, sebagian masih melihat rokok jontal sebagai bagian keluarga dan akar budaya mereka.
BACA JUGA:Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid Sambut Anak Pertama, Ini Arti Nama Ahmad Arash Omara Tharia
Dari sudut pandang ekonomi, rokok jontal menawarkan biaya rendah karena bahan bakunya berasal dari pegunungan dan lahan pertanian setempat.
Daun lontar mudah tumbuh, tembakau bisa ditanam di pekarangan, sehingga kebutuhan rokok harian bisa dipenuhi secara mandiri. Bagi mereka yang ingin menjual, proses ini bisa menjadi usaha kecil tapi tetap menguntungkan.
Sisi ramah lingkungannya mulai terlihat jelas: tak ada filter plastik, bungkus kertas, atau lem kimia yang mencemari.
Sisa pembakaran adalah abu dan serpihan daun lontar yang bisa kembali menyatu dengan tanah. Ini menjadi bentuk praktik berkelanjutan yang sejalan dengan prinsip zero waste.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: