Kain Tradisional Sumatera Selatan: Warisan Budaya yang Menyimpan Makna

Songket: Kain Berhiaskan Benang Emas atau perak dalam proses pembuatannya. - Foto: Instagram@galeri_haniasongket--
BACA JUGA:Jejak Sejarah Kerajaan Tua di Lampung: Museum Kekhatuan Semaka
3. Sewet Pelangi: Cerah dan Penuh Warna
Jika Sewet Tajung tampil dalam warna-warna yang tegas dan kaku, Sewet Pelangi justru menghadirkan nuansa ceria dan berwarna-warni. Kain ini juga berbentuk sarung, terbuat dari sutra halus dan diberi pewarna alami dengan teknik khusus yang membuat warnanya tahan lama.
Kain ini biasa dipakai oleh perempuan saat menghadiri acara keluarga, pertunjukan seni, atau kegiatan adat lainnya.
Karakteristik warnanya yang cerah menggambarkan semangat, keceriaan, dan kehangatan dari pemakainya. Selain indah secara visual, kain ini juga nyaman digunakan karena teksturnya yang lembut dan fleksibel.
BACA JUGA:6 Jenis Laser Wajah dan Manfaatnya untuk Kesehatan Kulit
4. Semage: Perpaduan Nilai Lokal dan Asing
Kain Semage memiliki ciri khas tersendiri karena merupakan hasil percampuran budaya lokal dengan pengaruh dari luar, seperti Siam (Thailand) dan Kamboja. Pengaruh ini masuk ke Sumatera Selatan melalui jalur perdagangan masa lampau dan melebur dalam motif serta teknik tenunnya.
Biasanya, kain Semage digunakan dalam upacara-upacara penting seperti pernikahan, pemakaman, atau ritual adat lainnya.
Corak dan desainnya mencerminkan keterbukaan masyarakat Palembang terhadap pengaruh asing tanpa menghilangkan jati diri lokal. Inilah yang menjadikan Semage sebagai salah satu simbol akulturasi budaya yang harmonis.
BACA JUGA:Industri Tekstil Hadapi Tekanan Berat, Pelaku Usaha Minta Kebijakan Impor Lebih Proporsional
Melestarikan Warisan Kain Tradisional
Di tengah arus globalisasi dan perkembangan industri busana modern, kain tradisional semakin jarang digunakan oleh generasi muda.
Tantangan ini perlu diatasi melalui berbagai upaya pelestarian dan pengenalan kembali kepada masyarakat luas, terutama anak-anak muda.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain pelatihan menenun kepada generasi muda, promosi kain tradisional melalui media sosial dan digital, hingga pelaksanaan pameran budaya secara rutin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: