Perbatasan Rafah Kembali Dibuka, Puluhan Pasien Gaza Masuk ke Mesir untuk Perawatan Medis

Ambulance nampak lalu lalang mengevakuasi warga Gaza yang membutuhkan pertolongan medis melintasi perbatasan Rafah menuju Mesir--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir kini berada di bawah pengawasan pasukan Uni Eropa setelah ditinggalkan oleh militer Israel.
Langkah ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025.
Penarikan pasukan Israel dilakukan pada Jumat (31 Januari 2025) sebagai bentuk kepatuhan terhadap perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Menurut laporan Radio Militer Israel, tentara menyerahkan kendali perlintasan kepada pasukan internasional dari Uni Eropa sebagai langkah awal sebelum pembukaan kembali jalur tersebut.
Selain pasukan Uni Eropa, Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah juga akan berperan dalam pengelolaan perlintasan dari sisi Palestina, termasuk pemberian cap izin keluar bagi warga Gaza.
Sebanyak 50 pasien dari Jalur Gaza berhasil memasuki Mesir pada Minggu (2 Februari 2025) melalui perlintasan Rafah.
Ini menjadi kelompok pertama yang mendapat akses perawatan medis sejak Mei 2024.
Tayangan televisi menunjukkan para pasien berjalan perlahan memasuki wilayah Mesir sebelum naik ke ambulans yang telah disediakan di perbatasan.
Menurut sumber dari Bulan Sabit Merah Mesir, sebanyak 30 ambulans dikerahkan di sisi Mesir untuk mengangkut pasien ke berbagai rumah sakit di kota Sheikh Zuweid, Arish, dan Suez.
Beberapa di antaranya akan dibawa ke ibu kota Mesir, Kairo, guna mendapatkan perawatan lebih lanjut setelah kondisi kesehatan mereka dinilai oleh tenaga medis.
Para pasien yang masuk ke Mesir akan dirawat di berbagai departemen medis, termasuk ortopedi, luka bakar, bedah umum, serta pediatri.
Langkah ini menunjukkan adanya upaya kemanusiaan yang terus berlanjut dalam membantu korban konflik di Gaza.
Perlintasan Rafah merupakan satu-satunya jalur yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar, menjadikannya sangat krusial dalam distribusi bantuan kemanusiaan.
Sejak Mei 2024, perlintasan ini sempat dikendalikan oleh Israel, yang menyebabkan terhentinya operasional jalur tersebut hingga perjanjian gencatan senjata yang baru disepakati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: