Aksinya Dikecam, Lidia Thorpe Tegas Menentang Penjajahan

Aksinya Dikecam, Lidia Thorpe Tegas Menentang Penjajahan

Senator Aborigin Lidia Thorpe menentang kehadiran Raja Charles III di Parlemen Australia-instagram@senatorthorpe-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Kunjungan Raja Charles dan Ratu Camilla ke Australia pada Senin, 21 Oktober 2024 kemarin mendapat sorotan setelah terjadi konfrontasi tak terduga yang dipicu oleh Lidia Thorpe, seorang senator dari Victoria.

Aksinya yang penuh protes dengan berteriak kepada Raja Charles di dalam gedung parlemen memunculkan perdebatan di antara berbagai kalangan, termasuk dari tokoh masyarakat adat sendiri.

Thorpe, seorang penduduk pribumi Aborigin dari suku Gunnai, Gunditjmara, dan Djab Wurrung, melontarkan seruan keras terhadap kolonialisme dan meminta pengembalian tanah kepada masyarakat adat. 

Saat dipaksa keluar dari aula, dia berteriak dan menyebut Raja Charles sebagai penjajah.

BACA JUGA:Lidia Thorpe: 'Kau Bukan Rajaku', Kunjungan Raja Charles ke Australia Dinilai Simbol Kolonialisme

Tindakan tersebut membuat suasana hangat nostalgia kunjungan kerajaan berubah menjadi ketegangan yang membelah opini publik.

Namun, Aunty Violet Sheridan, seorang tetua adat dari komunitas Ngunnawal berusia 69 tahun yang hadir dalam acara tersebut, mengecam tindakan Thorpe. 

Dilansir dari The Guardian, Sheridan, yang menyambut hangat keluarga kerajaan dalam pertemuan resmi, mengatakan bahwa Thorpe tidak berbicara atas nama dirinya atau masyarakat Ngunnawal. 

Menurutnya, komentar Thorpe sangat tidak pantas dan menghina, terutama mengingat saat itu adalah momen formal yang memerlukan kesopanan dan penghormatan.

BACA JUGA:Luncurkan Roket, Hizbullah Targetkan Pangkalan Intelijen Militer Israel

"Saat saya menyambut Raja Charles dan Ratu Camilla, itu semua datang dari hati. Saya mengatakan, ‘Saya menyambut Yang Mulia dengan hangat ke tanah Ngunnawal dan juga ke Canberra,’” kata Sheridan. 

“Lidia Thorpe tidak berbicara atas nama saya dan masyarakat saya. Saya yakin, banyak masyarakat Pribumi lainnya yang juga tidak setuju dengan tindakannya. Ada waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan pendapat, dan tempat itu bukan di sana,” imbuhnya.

Sheridan juga mengakui bahwa penderitaan akibat kolonialisme masih terasa hingga kini. 

Namun, dia menekankan pentingnya persatuan sebagai bangsa untuk mencapai penyembuhan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: