Kokohnya Pertahanan “Gerendel” Maroko Tumbangkan Raksasa Eropa

Kokohnya Pertahanan “Gerendel” Maroko Tumbangkan Raksasa Eropa

Gol tunggal Youssef En-Nesyri saat melawan Portugal memantapkan langkah Maroko ke Semifinal Piala 2022 Qatar--

Gaya main Catenaccio ala Maroko dibangun pada bulan Agustus ketika Vahid Halilhodzic dipecat oleh federasi karena penolakannya untuk memilih Hakim Ziyech, salah satu pemain terbaik negara itu.

Federasi mengutip "visi yang berbeda" sebagai alasan untuk memecat Halilhodzic dan menggantikannya dengan Reragui, mantan pemain internasional Maroko yang baru saja memimpin Wydad Casablanca meraih gelar Liga Champions Afrika. 

Walid Reragui diuntungkan dengan mewarisi skuad Maroko paling berbakat dalam satu generasi. Tim tidak pernah memiliki begitu banyak pemain dari klub top Eropa.

Dua bek sayap, Achraf Hakimi dan Noussair Mazraoui menjadi starter untuk Paris Saint-Germain dan Bayern Munich. Hakim Ziyech bermain untuk Chelsea, meski tidak secara reguler.

Kiper Bounou dan striker Youssef En-Nesyri berada di Sevilla Spanyol dan Sofyan Amrabat adalah gelandang bertahan di Fiorentina di Italia.

Bek tengah Nayef Aguerd bermain untuk West Ham di Liga Premier, sedangkan kapten Romain Saiss baru-baru ini bermain untuk Wolverhampton.

Tugas Reragui ada dua, membuat para pemainnya berfungsi dalam sistem yang bisa mendapatkan hasil di Piala Dunia dan membuat mereka percaya bahwa mereka bisa mengejutkan dunia.

“Saya memberitahu mereka, Anda tidak datang ke Piala Dunia hanya untuk memainkan tiga pertandingan,” kata Reragui dikutip dari Khaleej Times.

Walid Reragui telah menciptakan sebuah mahakarya dengan mengatur timnya dalam formasi 4-1-4-1, pemain Maroko bertahan lebih ke dalam dan Amrabat duduk tepat di depan para bek dan tidak pernah berani maju.

Melawan tim-tim yang lebih besar di Piala Dunia Qatar, empat orang gelandang di lini tengah juga turun lebih jauh ke belakang untuk menciptakan perisai pertahanan.

Meninggalkan En-Nesyri sebagai striker tunggal, saat lawan kehilangan penguasaan bola, Reragui melatih para pemainnya untuk maju melalui serangan balik dengan kecepatan tinggi.

Kecepatan full back Hakimi dan Mazraoui melengkapi kelincahan Ziyech dan Sofiane Boufal di sayap kanan menjadi teror bagi tim lawan.

Dari pemain yang terisolasi sendirian di depan, En-Nesyri tiba-tiba menemukan lima atau enam rekan setim bersamanya saat menerima bola dalam skema serangan balik yang sangat cepat. 

Catenaccio ala Maroko ini jelas membutuhkan disiplin dan konsentrasi mental tingkat tinggi dan menuntut semua pemain untuk membantu rekannya.

“Kami memiliki rencana permainan yang jelas, setiap orang harus bekerja, Kami menunjukkan kepada dunia bahwa Anda dapat berhasil bahkan jika Anda tidak memiliki banyak bakat dan uang,” tutur Reragui.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: