Respon Cepat DTPH Lambar Soal Kekeringan di BNS

Respon Cepat DTPH Lambar Soal Kekeringan di BNS

Medialampung.co.id - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kabupaten Lampung Barat, mengaku telah menurunkan tim untuk melakukan peninjauan terkait dengan kekeringan yang telah terdampak pada penurunan produksi gabah di Pekon Bandaragung Kecamatan Bandarnegeri Suoh (BNS).

Dari hasil peninjauan yang dilakukan DTPH Lanbar memastikan produksi gabah seluas 15 hektare (Ha) dari 3.500 Ha areal persawahan memang terjadi di wilayah itu, yang disebabkan karena tidak tercukupinya suplai air untuk memenuhi kebutuhan pengairan di 15 Ha areal persawahan yang sudah ditanami padi oleh pemiliknya.

Kepala DTPH Lambar Yedi Ruhyadi, SP., mengatakan, dengan terjadinya musibah kekeringan tersebut, maka pihaknya telah melaporkan ke pemerintah pusat, untuk mendapatkan bantuan pada musim kedua atau musim rendeng, berupa bantuan benih, sehingga pada musim tanam selanjutnya petani tidak terkendala benih.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah meminta kelompok tani (Poktan) untuk lebih mengoptimalkan penggunaan pompa air yang telah ada, untuk tetap bisa mengairi areal persawahan yang dilanda kekeringan.

"Kami juga meminta kepada kelompok tani di wilayah itu untuk bersama-sama memperbaiki saluran air dari hulu, sehingga bisa berfungsi lebih maksimal di musim kemarau ini, terlebih sejak memasuki musim kemarau debet air berkurang, sehingga perlunya upaya bersama-sama dalam memperbaiki dan merawat saluran air dari hulu hingga hilir," ujarnya.

Selain itu dalam rangka meminimalisasi kerugian yang dialami petani, pihaknya juga mengimbau agar petani untuk bergabung di Ausransi Usaha Tanaman Pangan (AUTP), selain persyaratan yang mudah dan tidak terlalu memberatkan petani, itu juga sangat membantu ketika terjadi gagal panen akibat kemarau, atau dampak bencana lainnya.

"Untuk mengikuti AUTP petani bisa mendaftarkan saat padi berumur 20 sampai 30 hari, petani hanya membayar Rp36 ribu/Ha permusim tanam, dan mendapatkan subsidi sebesar Rp144 ribu dari pemerinrah dan saat mengklaim bisa menerina Rp6 juta/Ha permusim tanam," kata dia.

Sejauh ini, kata dia, yang mengklaim ke pihak asuransi untuk wilayah BNS itu baru sekitar 5,25 Ha dari 15 Ha yang terdampak yang kemungkinan besar itu dikarenakan petani belum mendaftar ke AUTP.

Seperti diketahui, musim kemarau kini telah berdampak terhadap sektor pertanian, khususnya tanaman padi milik petani seperti di Pekon Bandaragung Kecamatan Bandarnegeri Suoh (BNS). Belasan hektare areal persawahan tadah hujan yang terlanjur ditanami padi oleh pemiliknya, kini mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.

Plt. Camat BNS Mandala Harto, S.Ip., yang juga Pj Peratin Bandaragung mengatakan, untuk areal persawahan yang terancam kekeringan di pekon setempat mencapai puluhan hektare, hanya saja untuk areal persawahan yang berada dekat dengan aliran sungai masih bisa disiasati dengan menggunakan mesin sedot air.

”Hanya saja untuk areal persawahan yang berada jauh dari aliran sungai dan selama ini hanya mengandalkan air hujan dengan luasan sekitar 15 hektare lebih mengalami kekeringan dan sudah dipastikan gagal panen,” ungkap Mandala. (nop/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: