Harimau Dihabisi Akibat Memangsa Manusia, 800 Pemburu Dikerahkan
Serangan harimau picu aksi perburuan besar-besaran oleh VOC di Batavia-Ilustrasi Freepik.com-
BACA JUGA:Warga Rekam Dugaan Pengecoran BBM Subsidi, Pengelola SPBU Usuf Beri Klarifikasi
Namun, seluruh catatan ini diyakini hanya bagian kecil dari kejadian sesungguhnya. Banyak kasus lainnya yang tidak terdokumentasi secara resmi.
Kondisi yang makin mengkhawatirkan membuat pemerintah kolonial mengambil langkah tegas. Demi melindungi penduduk dan para pekerja dari ancaman hewan buas, VOC menggelar perburuan besar-besaran.
Pada tahun 1644, sekitar 800 orang dikerahkan untuk memburu harimau di sekitar Batavia. Harimau-harimau yang tertangkap kemudian dibunuh, dan bangkainya dipamerkan di depan Balai Kota, lokasi yang kini dikenal sebagai kawasan Kota Tua Jakarta.
Tak hanya mengandalkan pasukan resmi, VOC juga melibatkan masyarakat sipil dalam perburuan. Untuk memancing partisipasi, pemerintah kolonial memberikan hadiah uang tunai sebagai imbalan atas setiap harimau yang berhasil ditangkap atau dibunuh.
BACA JUGA:8 Mobil Listrik Fast Charging 2025: Isi Daya Super Cepat, Jarak Tempuh Panjang!
Besaran hadiah berbeda-beda tergantung ukuran dan tingkat keganasan hewan tersebut. Untuk harimau biasa, misalnya, imbalannya bisa mencapai 10 ringgit—angka yang cukup besar kala itu, bahkan mampu mencukupi kebutuhan beras satu keluarga selama setahun.
Kebijakan itu mendorong warga berbondong-bondong memburu harimau demi keuntungan. Populasi harimau pun terus menyusut drastis. Dalam catatan sejarah, tercatat lebih dari 50 ekor harimau terbunuh setiap tahunnya hanya di wilayah Batavia.
Menyadari ancaman perburuan yang meningkat, harimau akhirnya bermigrasi ke wilayah lain yang masih berhutan seperti Banten dan Bogor (dulu disebut Buitenzorg).
Namun, pelarian itu tidak menghentikan perburuan. Di banyak wilayah Jawa, praktik ini tetap dilakukan atas nama keamanan masyarakat.
BACA JUGA:Polsek Natar Kerahkan Anjing Pelacak Cari Pegawai Koperasi yang Dilaporkan Hilang
Antropolog R. Wessing dalam risetnya mengungkapkan bahwa pembukaan lahan besar-besaran untuk kepentingan perkebunan dan ekonomi kolonial turut mendorong konflik antara manusia dan harimau.
Gesekan ini menimbulkan serangan terhadap manusia dan ternak. Dalam beberapa dekade, korban jiwa akibat konflik ini bahkan sempat mencapai angka 2.500 orang per tahun.
Lambat laun, perburuan sistematis selama bertahun-tahun membuat populasi harimau Jawa semakin menipis.
Pada tahun 1940, jumlahnya diperkirakan hanya berkisar antara 200 hingga 300 ekor. Angka ini terus menurun hingga akhirnya pada dekade 1980-an, harimau Jawa dinyatakan punah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





