Dari Rimba ke Bhayangkara: Rasikha Laila Kijaya Putri Penjaga Hutan Tembus Akpol
Rasikha Laila, gadis Lampung Barat, tembus Akpol 2025 berkat semangat dan doa dari pinggir hutan TNBBS-Foto Dok-
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Dari Pekon Watas, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung, tumbuh seorang gadis yang tak hanya tangguh secara fisik, tapi juga kuat tekadnya. Dialah Rasikha Laila Kijaya, satu-satunya taruni perempuan asal Provinsi Lampung yang berhasil menembus Akademi Kepolisian (Akpol) Angkatan VIII Kebangsaan Tahun 2025, yang akan menempuh pendidikan di Akpol Semarang, Jawa Tengah.
Lahir pada 5 Februari 2005, Rasikha melewati masa kecilnya seperti anak-anak lainnya. Ia memulai pendidikan dari TK Pembina Way Mengaku, lalu menapaki jenjang SD di SD Negeri 1 Way Mengaku, berlanjut ke SMPN Sekuting Terpadu, dan menyelesaikan SMA di Taruna Kebangsaan Kalianda.
Namun, jauh di balik rutinitas itu, diam-diam Rasikha memupuk mimpi besar. Dengan semangat yang tak mudah padam, ia berlatih keras sebagai atlet karate HOKAIDO. Keringat yang menetes di atas matras menjadi saksi perjuangannya menjuarai Polda Cup pada berbagai tingkatan.
Tak hanya itu, ia juga meraih prestasi dalam cabang olahraga lain seperti renang, membuktikan bahwa kemauan bisa mengalahkan keterbatasan.
BACA JUGA:Makan Gratis untuk Siswa, Lampung Barat Siapkan 3.634 Porsi Sehari di Balik Bukit
Dibesarkan di Tengah Dedikasi
Rasikha adalah putri dari Sulki, S.H., seorang Kepala Resort Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Suoh, dan Haryati Rosa, seorang ASN di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Lampung.
Mereka tinggal di Perumahan Kehutanan Sekuting, Pekon Watas, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat.
Tak heran jika dalam dirinya mengalir semangat pengabdian. Sang ayah, Sulki, sudah mengabdikan hidupnya sejak tahun 1998-1999 sebagai Polisi Kehutanan.
BACA JUGA:Jalan Sukarame Rusak, Warga Tolak Pasrah pada Pemerintah
Ia pernah bertugas di berbagai pelosok wilayah—OKU, Pulau Beringin, Pesisir Barat, Pugung, Sekincau—hingga kini menjadi Kepala Resort Suoh di wilayah II Liwa, Seksi Wilayah III Krui.
“Sudah lebih dari 23 tahun saya berdinas di Suoh. Kami bekerja bersama masyarakat, menjaga kelestarian hutan, dan mengupayakan kesejahteraan tanpa harus merusak alam,” ujarnya.
Bagi Sulki, menjaga hutan bukan sekadar pekerjaan. Itu adalah bentuk pengabdian kemanusiaan, sebuah komitmen untuk menjaga harmoni antara manusia dan satwa liar.
“Konflik manusia dan gajah, misalnya, tak bisa diselesaikan hanya dengan kekuatan. Butuh pendekatan hati, kerja sama, dan kepercayaan masyarakat,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





