Dianggarkan Rp5 Miliar, Kontraktor Sebut Khusus Proyek Penanganan Banjir Hanya Rp 200 Juta

Dianggarkan Rp5 Miliar, Kontraktor Sebut Khusus Proyek Penanganan Banjir Hanya Rp 200 Juta

Diduga lemah teknis, drainase proyek provinsi senilai miliaran rupiah ambles diterjang hujan-Foto Edi Prasetya-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Proyek penanganan banjir yang digadang-gadang sebagai solusi permanen genangan di ruas jalan provinsi Liwa–BTS Sumatera Selatan, justru menuai sorotan tajam.

Belum genap sepekan difungsikan, bak kontrol sistem drainase permanen di Pemangku Rantau Panjang, Pekon Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, Lampung Barat, ambles dan hilang terbawa longsor pasca hujan deras, Minggu malam (13 Juli 2025).

Ironisnya, proyek ini bernilai lebih dari Rp5 miliar dan sepenuhnya bersumber dari APBD Provinsi Lampung 2025. 

Namun, nilai anggaran yang dialokasikan khusus untuk penanganan banjir, termasuk pembangunan drainase, ternyata hanya sekitar Rp200 juta.

BACA JUGA:PEMBELAJARAN MENDALAM ‘MENJAWAB TANTANGAN GEN Z YANG KRITIS DAN FLEKSIBEL’

Proyek tersebut sejatinya merupakan bagian dari penanganan rekonstruksi jalan provinsi pada ruas Liwa - Batas Sumsel (Link 052).

Berdasarkan kontrak bernomor 01/KTR/PPK-K.13/JLN-052/V.03/V/2025, nilai proyek tercatat sebesar Rp5.017.324.000, dengan pelaksana CV Bukit Pesagi dan pengawasan oleh CV Den Bagoes Consultant.

Kontraktor Pelaksana Proyek, Hezmi Darius dari CV Bukit Pesagi, mengakui bahwa proyek tersebut memang lebih memprioritaskan penanganan badan jalan ketimbang sistem drainase.

"Dari total nilai kontrak, fokus kami adalah pembangunan jalan rigid beton sepanjang 400 meter - 300 meter di Rantau Panjang dan 100 meter di wilayah Bedeng. Penanganan banjir hanya disisihkan Rp200 juta untuk membangun drainase sepanjang 50 meter berikut bak kontrol volume 5x8 meter dengan pipa paralon penghantar sepanjang 81 meter,” terang Darius.

BACA JUGA:Dana Desa Tahap II Siap Cair, Pekon Diminta Gerak Cepat!

Ia mengakui bahwa drainase yang dibangun berhasil mengalirkan air hujan dengan baik dalam beberapa hari pertama. Namun setelah hujan lebat pada Minggu malam, struktur bak kontrol itu tiba-tiba hilang.

"Saya sendiri bingung, bak beton itu hilang begitu saja. Entah terbawa air atau amblas masuk ke bawah tanah, kami belum bisa pastikan. Padahal itu dibangun dengan kekuatan yang cukup maksimal 30 cm karena kami gali menggunakan excavator,” katanya.

Sebagai solusi sementara, pihaknya akan melanjutkan kegiatan untuk pencegahan banjir dengan memasang pipa penghantar dari drainase ke dasar jurang agar air tidak kembali menggenangi jalan. Namun Hezmi menegaskan bahwa solusi tersebut hanya bersifat sementara.

“Tetapi ini sifatnya hanya sementara, dan untuk solusi permanen mungkin akan menunggu koordinasi lebih lanjut antar lintas sektor, baik Pemprov, Pemkab, Pemerintah Pekon dan masyarakat pemilik lahan,” imbuhnya

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: