Menguak Sejarah dan Arti Unik di Balik Nama ‘Turuk Bintul’

Jumat 12-12-2025,06:04 WIB
Reporter : Linda Kurniati
Editor : Budi Setiawan

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Kekayaan kuliner Nusantara memang tidak pernah habis untuk digali, menyimpan ribuan cerita unik dari setiap pelosok daerah yang seringkali membuat kita mengernyitkan dahi. 

Kali ini, mari kita menelusuri salah satu warisan kuliner dari Jepara, Jawa Tengah, yang namanya mungkin terdengar sangat tabu, eksentrik, bahkan "nakal" bagi telinga sebagian besar masyarakat Jawa modern. 

Makanan tersebut adalah "Turuk Bintul". Bagi orang awam yang memahami Bahasa Jawa, nama ini pasti memancing rasa kaget atau senyum simpul karena diasosiasikan dengan kata vulgar yang merujuk pada alat kelamin wanita. 

Namun, di balik penamaannya yang kontroversial tersebut, tersimpan filosofi mendalam, cita rasa yang lezat, dan sejarah panjang masyarakat Jepara yang bersahaja.

BACA JUGA:Tawur: Hidangan Tradisional dengan Jejak Budaya yang Kuat

Penting bagi kita untuk tidak terburu-buru menghakimi sebuah tradisi hanya dari kulit luarnya saja. 

Kuliner ini adalah bukti nyata bagaimana bahasa berkembang dan berubah makna seiring berjalannya waktu, sementara resep leluhur tetap bertahan menjaga keaslian rasa. 

Turuk Bintul bukan sekadar lelucon, melainkan sajian ketan bertabur kacang tolo yang menjadi teman setia masyarakat Jepara dalam berbagai acara syukuran maupun camilan sore hari. 

Artikel ini akan mengupas tuntas apa sebenarnya makna di balik nama tersebut, meluruskan persepsi negatif, dan mengapa jajanan pasar ini wajib dilestarikan sebagai bagian dari identitas Kota Ukir.

BACA JUGA:Es Gempol, Minuman Segar Khas Jawa yang Tetap Diminati dari Dulu hingga Kini

Meluruskan Makna: Bukan Vulgar, Tapi Deskriptif

Persepsi "jorok" yang melekat pada kuliner ini seringkali muncul karena pergeseran makna bahasa di era modern. Dalam konteks sejarah kuliner Jepara, penamaan makanan tradisional seringkali diambil dari bentuk fisik atau cara pembuatannya secara harfiah tanpa tendensi pornografi. 

Kata "Turuk" dalam konteks kuliner masa lampau diyakini tidak merujuk pada konotasi negatif seperti yang dipahami saat ini, melainkan sebuah istilah lokal yang mungkin sudah punah penggunaannya selain untuk nama makanan ini. 

Ada pula budayawan yang berpendapat bahwa masyarakat zaman dahulu memiliki selera humor yang lugas dan ceplas-ceplos dalam menamai sesuatu agar mudah diingat.

BACA JUGA:Es Dawet Mantingan: Minuman Tradisional Segar dengan Ciri Khas Kulon Progo

Kategori :