Pola lantai yang digunakan dalam Tari Serimpi umumnya pola horizontal atau lurus. Dalam pementasannya, para penari:
- berbaris lurus,
- tidak berpindah tempat secara signifikan,
- menjaga jarak dan posisi agar tetap selaras.
Pola lantai seperti ini dipilih untuk menonjolkan karakter gerakan Serimpi yang tenang, teratur, dan gemulai, sehingga fokus penonton tertuju pada keanggunan gerak, bukan pada perubahan formasi yang rumit.
BACA JUGA:Kasus Kekerasan di Bandar Lampung Meningkat, PPPA Minta Penguatan Penanganan Lintas Sektor
Penutup
Tari Serimpi merupakan tarian klasik Jawa yang lahir dari lingkungan Kerajaan Mataram Islam pada masa Sultan Agung.
Tarian ini menggambarkan kelembutan dan keanggunan budaya Jawa melalui gerakan yang lembut dan gemulai.
Perkembangannya berlangsung panjang, terutama setelah Mataram terbagi menjadi Surakarta dan Yogyakarta, sehingga melahirkan berbagai jenis Serimpi dengan karakter masing-masing.
Dengan gerakan Pokok, Maju Gawang, dan Mundur Gawang, serta pola lantai horizontal yang khas, Tari Serimpi tetap menjadi salah satu warisan budaya penting yang dilestarikan hingga sekarang oleh empat keraton: Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman.
Tarian ini bukan sekadar pertunjukan estetika, melainkan simbol sejarah, keindahan, dan nilai luhur budaya Jawa yang terus hidup dari generasi ke generasi. (*)