MEDIALAMPUNG.CO.ID — Berkunjung ke Tenggarong rasanya belum lengkap jika tidak mampir ke Museum Mulawarman, sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang Kesultanan Kutai Kartanegara.
Layaknya Colosseum bagi Roma, museum ini adalah ikon yang wajib disinggahi untuk memahami bagaimana sebuah peradaban besar pernah berdiri dan berjaya di Kalimantan Timur selama hampir tujuh abad.
Di dalamnya tersimpan rangkaian artefak yang bukan hanya bernilai estetis, tetapi juga historis—membawa kita pada jejak kejayaan kerajaan tertua di Nusantara.
BACA JUGA:Babinsa Koramil 410-04/TKT Dampingi Penyerahan Bantuan Pertanian
Dari Istana Megah Menjadi Museum Bersejarah
Museum Mulawarman hari ini dulunya adalah istana kerajaan yang dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Parikesit.
Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari dua ribu meter persegi itu dahulu menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus simbol kemegahan Kesultanan Kutai Kartanegara.
Arsitekturnya dirancang oleh Charles Marie François Henri Estourgie, arsitek berkebangsaan Belanda yang berhasil menggabungkan estetika Eropa dengan kebutuhan fungsi ruang kesultanan.
Sentuhan kolonial terlihat jelas pada bentuk bangunan, susunan ruangan, serta keberadaan aula besar di bagian tengah.
BACA JUGA:Pemkot Bandar Lampung Akan Buka 28 Kios Pasar Kreatif Siger Hadirkan UMKM di Pesisir Sukaraja
Tidak seperti istana Kutai sebelumnya yang terbuat dari kayu dan rentan terhadap cuaca tropis ataupun kebakaran, istana ini menjadi bangunan pertama milik kesultanan yang sepenuhnya menggunakan beton. Konstruksi yang tangguh inilah yang membuat bangunan tetap berdiri kokoh hingga sekarang.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, ketika sistem kesultanan tak lagi berfungsi sebagai pemerintahan, istana ini diserahkan kepada pemerintah daerah Kalimantan Timur pada 25 November 1971.
Tak lama setelah itu, pengelolaannya dialihkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak saat itulah istana megah ini ditetapkan sebagai museum negara yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah Kutai Kartanegara.
BACA JUGA:Donor Darah Warnai Peringatan HKN ke-61, Pemkot Bandar Lampung Targetkan 250 Kantong