Kesenian Rapai: Warisan Budaya Islami dari Kerajaan Samudra Pasai

Sabtu 08-11-2025,18:38 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Kerajaan Samudra Pasai dikenal bukan hanya sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan yang kaya akan nilai-nilai seni bernuansa Islami. 

Salah satu peninggalan budaya yang masih bertahan hingga kini adalah rapai, alat musik tradisional yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Aceh, khususnya di wilayah Pasee. 

Kesenian ini menjadi bukti bagaimana Islam dan budaya lokal berpadu harmonis sejak masa lampau.

BACA JUGA:Empat Bukti Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai

Asal dan Proses Pembuatan Rapai Pasee

Jenis rapai yang paling dikenal adalah rapai pasee, dinamai sesuai dengan daerah asalnya di kawasan Pasee, Aceh Utara. 

Alat musik ini memiliki bentuk besar dan berat, berbeda dengan rapai biasa yang lebih kecil. 

Dalam pembuatan satu rapai pasee, seorang pengrajin bisa menghabiskan waktu hingga enam bulan karena prosesnya yang rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi.

BACA JUGA:Upacara Keagamaan dan Religi di Era Majapahit: Harmoni antara Hindu dan Buddha

Salah satu pembuat rapai terkenal di Desa Uteun Gelinggang, Kecamatan Dewantara, bernama Ismail Piah atau akrab dipanggil Syeh Mae, telah menekuni profesi ini selama puluhan tahun. 

Ia menjelaskan bahwa bahan utama rapai berasal dari akar pohon tualang besar yang disebut bani, sementara bagian kulitnya menggunakan kulit sapi. 

Akar pohon tidak perlu ditebang seluruhnya; cukup mengambil sebagian akar yang kuat dan kering. Satu potongan akar bani bisa menghasilkan hingga tiga buah rapai.

Sebelum dirakit, bahan tersebut harus melalui beberapa tahap seperti perendaman, penjemuran, dan pengukiran. Tahapan ini dilakukan agar kayu tidak mudah retak dan menghasilkan suara yang nyaring. 

Kulit sapi yang digunakan juga direndam terlebih dahulu agar lentur dan kuat saat dipasang. Karena prosesnya panjang dan penuh keahlian, harga sebuah rapai pasee bisa mencapai satu hingga dua juta rupiah.

BACA JUGA:Tari Topeng Malang: Warisan Seni Majapahit yang Tetap Hidup hingga Kini

Kategori :