Makna Prasasti dan Tulisan Kuno
Prasasti Batu Tulis Wangkal dipercaya sebagai bagian dari Prasasti Songenep, yang dipahat pada batu andesit sekitar tahun 1217 Saka atau sekitar abad ke-14 Masehi. Tulisan yang tertera pada batu itu berbunyi: “Nya Sepat Roro Hahak Telung Tunggal.” Kalimat ini diyakini memiliki makna simbolis, yaitu “tiga kekuatan menjadi satu kesatuan tubuh”. Makna tersebut mencerminkan filosofi persatuan dan kekuatan masyarakat Majapahit pada masa itu.
Batu prasasti ini menjadi saksi sejarah penting. Ia menggambarkan kehidupan sosial dan spiritual masyarakat kuno yang telah memiliki sistem pemerintahan serta struktur sosial yang kuat.
Sayangnya, karena keterbatasan penelitian, banyak hal mengenai batu ini masih menjadi misteri. Beberapa ahli sejarah menduga bahwa di sekitar lokasi prasasti masih terdapat peninggalan lain seperti arca atau sisa bangunan kuno yang belum ditemukan.
BACA JUGA:Mengenal Kerajaan Majapahit dan Peninggalannya yang Mendunia
Kondisi yang Terlupakan
Meski memiliki nilai sejarah tinggi, kondisi Prasasti Batu Tulis kini sangat memprihatinkan. Batu tersebut dibiarkan begitu saja di tengah sawah, tertutup lumpur dan rerumputan liar.
Tidak ada pagar pelindung, papan penanda, atau upaya serius untuk menjaga keberadaannya. Bahkan, sebagian warga yang melintas sering tidak menyadari bahwa di pematang sawah itu terdapat benda bersejarah.
Menurut keterangan Sahrul Munir, salah satu perangkat Desa Wangkal, lahan tempat batu itu berada merupakan milik pribadi warga. Pemerintah desa hanya dapat mengawasi dan sesekali membantu membersihkan area tersebut. “Kami bersama pemilik sawah biasanya membersihkan lumpur dan rumput agar tulisan pada batu tetap terlihat,” ujarnya.
BACA JUGA:Ukiran Jepara: Warisan Abadi Sungging Prabangkara dari Zaman Majapahit
Beberapa tahun lalu, akademisi dari universitas di Jawa Timur sempat melakukan penelitian di lokasi ini. Hasil sementara menunjukkan bahwa kawasan sekitar batu prasasti kemungkinan besar masih menyimpan situs peninggalan Majapahit lainnya.
Namun, penelitian lebih lanjut belum dilakukan karena keterbatasan dana dan minimnya perhatian dari pihak terkait.
Dahulu, di area sekitar batu ini pernah ditemukan arca Dwarapala, patung penjaga gerbang yang khas pada masa Majapahit. Sayangnya, patung tersebut kini hilang tanpa jejak.
Warga juga sempat menemukan batu berukir dan patung kecil di sekitar makam tua, namun karena tidak mengetahui nilainya, benda-benda tersebut dibiarkan atau bahkan dibawa orang.
BACA JUGA:Warisan Kebudayaan Majapahit yang Masih Hidup di Indonesia Modern
Ancaman Kolektor dan Hilangnya Warisan