Dengan aturan warna seperti ini, masyarakat Bugis memiliki sistem sosial yang rapi, di mana setiap orang tahu bagaimana berpakaian sesuai kedudukannya.
BACA JUGA:Tradisi Melabuh Suku Banjar dan Dayak, Warisan Sakral dari Kalimantan
Perhiasan dan Aksesori Pendukung
Untuk melengkapi keindahannya, baju bodo selalu dipadukan dengan perhiasan tradisional. Kalung panjang, gelang, dan anting besar dari emas atau perak sering digunakan untuk menambah keanggunan. Di kepala, perempuan Bugis mengenakan hiasan bunga sitapu atau sigale-gale sebagai simbol keindahan dan kelembutan perempuan.
Pada acara pernikahan, pengantin Bugis tampil sangat megah dengan baju bodo berlapis-lapis dan sarung sutra berwarna cerah.
Mereka juga memakai hiasan kepala tinggi yang disebut bangkarak dan kalung emas yang menjuntai di dada. Semua perhiasan ini menandakan kehormatan serta kebesaran keluarga pengantin.
BACA JUGA:Lou Bentian: Rumah Adat Panjang Suku Dayak Bentian di Kutai Barat
Nilai dan Filosofi Baju Bodo
Di balik bentuknya yang sederhana, baju bodo mengandung nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis-Makassar. Sifat kainnya yang dahulu transparan mencerminkan kejujuran dan keterbukaan hati, sementara modelnya yang longgar menunjukkan kesopanan dan kerendahan hati.
Selain itu, aturan warna pada baju bodo menggambarkan bagaimana masyarakat Bugis sangat menghargai tata krama, kehormatan, dan kedisiplinan sosial. Setiap elemen busana memiliki pesan moral agar seseorang selalu bertindak sesuai adat dan etika.
BACA JUGA:Makna dan Filosofi Erau Adat Kutai, Tradisi Kerajaan yang Tetap Lestari
Perkembangan Baju Bodo di Masa Kini
Meski zaman telah berubah, baju bodo tetap lestari dan bahkan semakin populer. Banyak perancang busana daerah dan nasional mengadaptasi baju bodo ke dalam gaya modern.
Kini, baju bodo dibuat dengan bahan yang lebih nyaman, warna yang lebih lembut, dan tambahan hiasan modern tanpa meninggalkan ciri khasnya.
Baju bodo juga sering tampil dalam berbagai acara, seperti festival budaya, karnaval daerah, dan pertunjukan tari tradisional. Tidak sedikit pula pengantin masa kini yang memilih mengenakan baju bodo sebagai busana pernikahan untuk menonjolkan identitas budaya Bugis-Makassar.
BACA JUGA:Upacara Adat Badudus Mandaring: Ritual Penyucian Suci Masyarakat Dayak
Pelestarian dan Kebanggaan Budaya
Pemerintah daerah Sulawesi Selatan bersama berbagai komunitas budaya aktif melestarikan tradisi pemakaian baju bodo. Di sekolah-sekolah, anak-anak diajarkan mengenal busana adat ini sejak dini.
Sementara itu, kegiatan seperti Festival Baju Bodo dan Pekan Budaya Bugis-Makassar rutin diadakan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur.
Bagi masyarakat Bugis-Makassar, mengenakan baju bodo bukan hanya memperlihatkan keindahan kain sutra, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap budaya dan nilai-nilai tradisi yang diwariskan turun-temurun.