Di pagi hari, matahari terbit menyingkap siluet Gunung Merapi dan Merbabu di barat serta deretan pegunungan di Jawa Timur.
Selain Hargo Dumilah, terdapat Hargo Dalem yang kerap dijadikan tempat tirakat. Lokasi ini dianggap sakral sehingga pendaki perlu menjaga sikap.
BACA JUGA:Pesona Pulau Bintan, Surga Wisata di Ujung Kepulauan Riau
Di lereng Lawu juga terdapat sabana indah dengan hamparan bunga edelweiss yang dikenal sebagai bunga abadi.
Bunga ini dilindungi sehingga tidak boleh dipetik, cukup dinikmati melalui foto.
Ada pula titik yang disebut Pasar Dieng, lokasi yang diyakini sebagai pasar gaib.
Meski berupa cerita rakyat, kisah ini memperkuat aura mistis Gunung Lawu.
BACA JUGA:Golden Bridge Limpakuwus, Pesona Wisata Malam Banyumas
Waktu Terbaik untuk Mendaki
Musim kemarau, antara April hingga Oktober, biasanya dianggap waktu terbaik. Jalur lebih kering dan langit cerah, meski suhu ekstrem rendah perlu diantisipasi.
Pada musim hujan, vegetasi tampak lebih segar dan sumber air lebih mudah ditemukan, tetapi risiko kabut, hujan deras, dan petir lebih tinggi.
Pendakian sebaiknya dimulai pagi atau siang agar ada cukup waktu menuju lokasi perkemahan. Sementara itu, perjalanan menuju puncak biasanya dilakukan dini hari antara pukul dua hingga tiga agar pendaki bisa menyaksikan matahari terbit.
BACA JUGA:Pesona Air Terjun Toroan, Keindahan Tersembunyi di Ujung Madura
Persiapan dan Etika Pendakian
Mendaki Lawu membutuhkan persiapan matang. Perlengkapan penting mencakup jaket tahan angin, sepatu gunung, tenda yang kokoh, sleeping bag hangat, serta lampu kepala cadangan. Api unggun tidak disarankan di sabana, sehingga kompor portabel menjadi solusi aman.
Selain perlengkapan, pendaki juga dituntut menjaga etika. Suara sebaiknya dijaga agar tidak mengganggu rombongan lain maupun peziarah.
Sampah wajib dibawa turun, jalur tidak boleh dirusak, dan sikap sopan perlu dijaga terutama di area yang dianggap sakral.
BACA JUGA:Pantai Walakiri, Pesona Alam dan Parade Kuda Sandelwood yang Memikat