Aksesibilitas menjadi faktor penting. KUR BRI relatif lebih mudah diakses karena syaratnya ringan. Cukup memiliki usaha yang berjalan minimal 6 bulan dan tidak sedang menerima pinjaman produktif lain, pelaku usaha sudah bisa mengajukan.
Di sisi lain, kredit komersial menuntut kelengkapan administrasi lebih detail. Mulai dari laporan keuangan, agunan berupa aset berharga, hingga rekam jejak usaha yang solid.
Persyaratan ini seringkali menjadi hambatan bagi pelaku usaha kecil yang belum terbiasa menyusun dokumen formal.
BACA JUGA:BRI Consumer Expo 2025 di Bandung Tawarkan KPR Bunga Ringan Mulai 2,40 Persen
Mana yang Tepat untuk Usaha Kecil?
Memilih antara plafon pinjaman KUR BRI dan kredit komersial ibarat memilih jalan untuk mendaki gunung. Jika tujuannya masih sebatas puncak bukit kecil, cukup gunakan jalur KUR dengan bunga ringan dan persyaratan mudah.
Namun jika targetnya adalah gunung yang lebih tinggi dengan tantangan besar, kredit komersial adalah jalur panjang yang penuh syarat tetapi memberikan pemandangan lebih luas di puncaknya.
Pelaku usaha kecil sebaiknya memanfaatkan KUR BRI terlebih dahulu. Setelah usaha berkembang pesat dan membutuhkan modal lebih besar, barulah mempertimbangkan kredit komersial. Dengan strategi seperti ini, pelaku usaha bisa bertumbuh secara bertahap tanpa terbebani bunga yang mencekik sejak awal.
BACA JUGA:Dirgahayu RI ke-80, BRI Hadirkan 8 Langkah Nyata untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan Bangsa
KUR BRI dan kredit komersial sama-sama penting dalam ekosistem pembiayaan usaha kecil. Perbedaan utama terletak pada plafon pinjaman, bunga, dan persyaratan.
KUR lebih ramah bagi UMKM pemula dengan bunga rendah dan plafon terbatas. Kredit komersial memberi fleksibilitas dana besar namun dengan syarat yang lebih berat.
Memahami perbandingan ini membantu pelaku usaha kecil menentukan strategi pendanaan yang tepat.
Modal yang tepat pada waktu yang tepat bukan hanya menopang usaha, tetapi juga menjadi kunci keberlangsungan bisnis di tengah persaingan yang semakin ketat.