PEMBELAJARAN MENDALAM ‘MENJAWAB TANTANGAN GEN Z YANG KRITIS DAN FLEKSIBEL’

Selasa 15-07-2025,15:29 WIB
Editor : Nopriadi
PEMBELAJARAN MENDALAM ‘MENJAWAB TANTANGAN GEN Z YANG KRITIS DAN FLEKSIBEL’

Jika kurikulum pendidikan Indonesia tidak segera berevolusi, kita hanya memproduksi generasi “usang” yang gagap menghadapi kompleksitas era digital. Gen Z (lahir 1997–2012) bukanlah generasi pasif penerima informasi. 

Mereka adalah digital natives yang berpikir kritis, kreatif, dan haus pembelajaran kontekstual. Namun, kurikulum kita masih terjebak dalam paradigma.

Bagaimana guru bisa mengajarkan AI, literasi digital, atau berpikir desain jika mereka sendiri tidak dilatih? Pelatihan guru masih terfokus pada metodologi tradisional, bukan pendampingan menjadi.

Gen Z akrab dengan multitasking, tapi riset membuktikan: deep learning (pembelajaran mendalam) hanya terjadi saat fokus tanpa distraksi. Kurikulum harus mampu merancang pembelajaran yang menantang sekaligus relevan dengan dunia digital mereka, bukan sekadar mengganti buku dengan PDF.  

BACA JUGA:Polisi Tangkap Dua Komplotan Spesialis Curanmor di Bandar Lampung

“Gen Z bukan ingin diajari, tapi diajak mencipta. Mereka mampu jadi solusi bagi masalah global jika kurikulum memberdayakan, bukan membatasi,” tegas Dr. Anita Rahayu, Pakar Pendidikan Universitas Indonesia. 

Salah satu jargon utama Kurikulum Merdeka adalah “pembelajaran berbasis proyek”. Namun dalam praktiknya, proyek-proyek ini kerap menjadi formalitas. 

Sekolah menjalankan proyek sekadar memenuhi tuntutan administrasi—bukan bagian dari strategi pedagogis yang terstruktur.

Hal ini berbeda dengan konsep proyek dalam kurikulum pendidikan mendalam, di mana proyek bukan sekadar “produk akhir” yang dikumpulkan dan dipajang, melainkan proses reflektif yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, dan aksi sosial nyata. 

BACA JUGA:Bangunan Sekolah Sepi Murid Akan Dialihfungsikan Jadi SMA Siger, Eva Dwiana Dapat Restu Gubernur

Proyek harus menjawab permasalahan autentik di lingkungan sekitar siswa, sehingga mereka merasa memiliki.

Di tengah tantangan era digital dan revolusi industri 5.0, generasi Z tumbuh dalam dunia yang penuh kompleksitas. 

Mereka bukan sekadar pelajar—mereka adalah penjelajah pengetahuan yang haus akan makna, relevansi, dan kebebasan dalam belajar. 

Di sinilah kurikulum pendidikan mendalam (deep learning curriculum) menawarkan solusi yang lebih kontekstual daripada Kurikulum Merdeka yang kini mulai kehilangan arah dan makna.

BACA JUGA:Bangunan Sekolah Sepi Murid Akan Dialihfungsikan Jadi SMA Siger, Eva Dwiana Dapat Restu Gubernur

Kurikulum pendidikan mendalam menekankan pembelajaran berbasis pemahaman, bukan sekadar capaian standar. Ia menumbuhkan kemampuan berpikir reflektif, membangun argumen, dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang menyeluruh. 

Kategori :