Pada tahun 1566, dua misionaris Dominikan tiba di wilayah ini, memulai misi mereka di Paga, sekitar 45 km dari kota. Sejak saat itu, ajaran Katolik tumbuh subur dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.
Setiap tahun, menjelang Paskah, ribuan umat Katolik dari Maumere dan sekitarnya berangkat ke Larantuka untuk mengikuti perayaan Semana Santa.
Prosesi yang telah berlangsung berabad-abad ini menjadi momen paling dinanti dan menghadirkan suasana religius yang kuat. Maumere pun menjadi titik awal perjalanan spiritual menuju kota suci itu.
Wisata edukatif juga bisa ditemukan di Maumere. Di Kecamatan Kewapante, terdapat Pasar Tradisional Geliting yang menjadi pusat perdagangan hasil bumi dari berbagai wilayah Sikka. Pasar ini menyuguhkan suasana khas Flores, dengan pedagang menjajakan rempah-rempah, hasil tani, hingga kain tenun lokal.
BACA JUGA:Kuasa Hukum Dahlan Iskan Bantah Isu Penetapan Tersangka
Tak jauh dari pusat kota, berdiri Museum Bikon Blewut di kawasan Seminari Tinggi Ledalero. Museum ini menyimpan ragam koleksi arkeologi dan etnografi yang dikumpulkan para pastor selama puluhan tahun.
Di dalamnya terdapat kain ikat kuno, alat musik tradisional, keramik Tiongkok, hingga fosil mastodon—gajah purba yang pernah hidup di Flores ribuan tahun silam. Museum ini buka setiap Senin hingga Sabtu pagi.
Di jantung kota, Gereja Tua Sikka juga menarik untuk disambangi. Dibangun oleh pengikut St. Fransiskus Assisi, gereja ini mengusung arsitektur Eropa klasik yang masih terawat baik hingga hari ini.
Dulu, Maumere sempat menjadi ikon wisata bahari berkat kehadiran Sao Wisata Resort yang dibangun oleh tokoh nasional Frans Seda. Namun, bencana tsunami 1992 memporak-porandakan sebagian besar kota dan menghancurkan ekosistem terumbu karang. Kini, perlahan tapi pasti, Maumere bangkit kembali.
BACA JUGA:Ini Identitas Pengunjung Pantai Labuhan Jukung Terseret Ombak
Bandara Wai Oti yang telah berganti nama menjadi Bandara Frans Seda kini menjadi pintu masuk utama. Penerbangan dari Denpasar dan Kupang tersedia setiap hari, dilayani oleh maskapai seperti Wings Air, Susi Air, dan Garuda Indonesia.
Dengan segala keunikan yang dimilikinya, Maumere bukan hanya kota pelabuhan atau tempat transit belaka. Ia adalah mozaik keindahan yang menyatukan laut, gunung, sejarah, dan spiritualitas dalam satu bingkai perjalanan. Kota ini menyimpan narasi panjang tentang toleransi, keteguhan, dan kebangkitan.
Bagi siapa pun yang ingin merasakan sisi lain Indonesia Timur, Maumere adalah destinasi yang patut diperhitungkan.
Dari dasar laut yang memukau, bukit yang menenangkan, hingga tradisi budaya yang mengakar kuat—semua bisa ditemukan di sini. Maumere bukan hanya tempat di peta, tapi ruang yang menyentuh jiwa.(*)