
Perlengkapan dan Tata Cara
Karaci dimainkan oleh dua orang, masing-masing membawa tongkat rotan yang disebut sesambu.
Tongkat ini panjangnya sekitar satu meter, cukup kuat untuk digunakan menyerang maupun bertahan.
Selain itu, pemain juga menggunakan pelindung tubuh yang dikenal sebagai empar, berupa perisai kecil dari kulit rusa atau kambing yang keras namun lentur.
BACA JUGA:Tradisi Rokok Jontal: Terbuat Daun Lontar yang Hidup di Pulau Sumbawa
Saat masuk arena, pemain akan menari sebentar sebagai tanda tantangan. Jika ada lawan yang menerima, pertandingan pun dimulai.
Biasanya, Karaci tidak berlangsung lama, tergantung pada kesiapan dan kekuatan masing-masing peserta.
Yang unik, tiap pemain biasanya didampingi oleh seorang tokoh spiritual bernama sandro. Sandro adalah dukun atau ahli pengobatan tradisional yang bertugas memberikan doa perlindungan, kekuatan spiritual, dan jika perlu, pengobatan jika pemain terluka.
Peran ini memperkuat dimensi spiritual dalam permainan Karaci, menjadikannya bukan hanya arena fisik, tapi juga pengujian mental dan batin.
BACA JUGA:Barapan Kebo: Warisan Budaya Penuh Semangat dari Sumbawa Barat
Peran Wasit dalam Pertandingan
Untuk menjaga jalannya permainan agar tetap adil, Karaci dipimpin oleh seorang wasit yang disebut pemais. Ia membawa tongkat panjang sebagai alat pengendali jika suasana pertandingan mulai memanas.
Pemais memiliki wewenang penuh untuk menghentikan pertandingan kapan saja, jika dirasa situasi menjadi tidak aman atau jika salah satu pemain mengaku kalah.
Meskipun pertarungan tampak sengit, aturan main dalam Karaci sangat menghormati keselamatan. Para pemain dilarang memukul bagian tubuh yang vital, dan setiap tindakan berbahaya bisa langsung dihentikan oleh pemais.
BACA JUGA:Kacaping Mandar: Alunan Tradisi dari Bumi Sulawesi Barat
Karaci di Era Modern