
Kerbau yang berhasil menang akan dianggap istimewa dan bisa mendongkrak harga jualnya.
Bahkan, dalam beberapa kasus, kerbau pemenang bisa menjadi incaran pembeli dengan tawaran harga tinggi.
Namun lebih dari itu, partisipasi dalam barapan kebo seringkali didorong oleh semangat melestarikan budaya dan menunjukkan identitas komunitas.
BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan
Kemenangan bukanlah tujuan utama, tetapi keikutsertaan menjadi wujud kecintaan terhadap tradisi warisan leluhur.
Seiring perkembangan zaman, tradisi barapan kebo menghadapi berbagai tantangan.
Lahan sawah yang beralih fungsi, modernisasi pertanian, serta kurangnya minat generasi muda membuat tradisi ini terancam tergerus.
Meski demikian, masyarakat setempat terus berupaya melestarikannya.
BACA JUGA:Rumah Adat Jawa Timur: Ragam, Fungsi, dan Makna Budayanya
Pemerintah daerah dan komunitas budaya setempat kini rutin mengadakan festival barapan kebo sebagai bagian dari promosi wisata.
Kegiatan ini diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan sekaligus membangkitkan semangat generasi muda untuk tetap mencintai budaya lokal.
Sekolah-sekolah juga mulai dilibatkan dalam pengenalan dan pembelajaran tentang tradisi ini, agar terus hidup dari generasi ke generasi.
Barapan kebo bukan sekadar lomba kerbau di sawah, melainkan simbol dari hubungan manusia dengan alam, wujud syukur kepada Sang Pencipta, serta cermin dari kekompakan masyarakat.
BACA JUGA:Reog Ponorogo: Simbol Kearifan Lokal yang Mendunia
Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong, ketekunan dalam bertani, dan kearifan lokal yang tak ternilai harganya.
Menjaga barapan kebo tetap hidup bukan hanya tanggung jawab masyarakat Sumbawa Barat, tetapi juga menjadi bagian dari upaya kita semua dalam melestarikan keanekaragaman budaya Indonesia.