Dalam semua kesempatan itu, Nyucun Pahakh menjadi elemen penting yang mencerminkan semangat gotong royong dan nilai kekeluargaan masyarakat Pesisir Barat.
BACA JUGA:Kue Putu Pandan Lembut Isi Gula Merah, Tanpa Perlu Cetakan Tradisional
Isi Pahakh dan Ragam Kuliner Khas
Makanan yang dibawa dalam Pahakh merupakan hasil olahan khas masyarakat adat Sai Batin.
Biasanya terdiri dari berbagai hidangan tradisional seperti rendang terong putih, gulai kacang merah, ayam berbumbu manis, pepaya parut goreng, dan berbagai jenis gulai lokal lainnya.
Tidak ketinggalan juga nasi putih, buah-buahan, serta kue tradisional seperti kue tat dan cucur.
Semua hidangan tersebut disusun rapi serta ditutup rapi dengan menggunakan kain Tapis, ataupun kain tenun khas Lampung yang indah.
BACA JUGA:Beberapa Tari Tradisional dari Sumatera Selatan yang Sarat Makna Budaya
Keberadaan Tapis memberikan nuansa seni dan estetika yang kental pada tradisi ini.
Selain untuk menjunjung makanan, kain ini juga berfungsi sebagai penutup yang melambangkan penghormatan terhadap makanan dan tamu.
Biasanya satu Pahakh diperuntukkan bagi dua orang tamu yang duduk berhadapan di atas alas duduk khas bernama kasur kepundak.
Alas ini dihias dengan kain Tapis, menambah nilai estetika dan menciptakan suasana khidmat saat makanan dinikmati bersama.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Sriwijaya di Museum Balaputera Dewa Palembang
Upaya Pelestarian Tradisi
Untuk menjaga tradisi ini agar tetap hidup, masyarakat dan pemerintah setempat melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui tari kreasi bernama Tari Nyucun Pahakh.
Dalam tarian ini, penari membawa Pahakh berisi sirih sebagai simbol penyambutan tamu dan memperagakan gerakan khas yang menggambarkan nilai sopan santun serta kehormatan.