LAMBAR, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Petani keramba jaring apung (KJA) di kawasan Danau Ranau, di Kecamatan Lumbokseminung, Kabupaten Lampung Barat, mengalami kerugian yang ditafsir mencapai sekitar Rp 1 Miliyar dari total 30-40 Ton yang ikan mati massal sejak sepekan lalu.
Hal demikian disampaikan petani KJA Lumbokseminung Riza Pahlevi didampingi Ketua Kelompok tani Usaha Keluarga Bersama (UKB) Lumbokseminung saat ditemui di lokasi penampungan hasil budidaya, Kamis (12/1/2023).
Menurutnya, dampak dari fenomena alam yang biasa disebut dengan istilah 'mentilehan' ini merupakan peristiwa terparah sepanjang dimulainya usaha budidaya ikan keramba jaring apung.
"Peristiwa serupa pernah terjadi di tahun 2017 lalu, saat itu kondisi air memang lebih parah dari situasi saat ini, namun dampaknya justru tidak separah saat ini dimana menimbulkan kerugian yang besar," akunya.
BACA JUGA:DPO Curanmor Lihai, Akhirnya Tertangkap
Ia menerangkan, total 30- 40 ton ikan yang mati massal ini berasal dari puluhan petak keramba jaring apung milik petani atau pengusaha KJA di wilayah setempat.
"Untuk estimasi kerugian jika dikalkulasikan mencapai sekitar Rp1 Miliar dengan asumsi harga jual Rp25000/Kg dengan asumsi jumlah ikan yang terdampak sekitar 40 ton dan ini berpotensi akan terus bertambah," paparnya
"Biasanya kalau fenomena tahun-tahun kemarin ya karena pernah terjadi pada tahun 2017 biasanya ini terjadi satu hari sampai tiga hari tetapi pada tahun ini sudah sepuluh hari lebih tetapi memang tensinya naik turun artinya kadar belerang nya naik turun," jelasnya.
Terkait Kondisi itu, pihaknya berharap kepada Pemkab Lamba agar dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dan bisa memfasilitasi dengan berkoordinasi kepada pihak Perbankan untuk diberikan keringanan dalam pengembalian dana pinjaman mengingat mayoritas para pembudidaya memanfaatkan modal dari perbankan.
BACA JUGA:Reskrim Polsek Sumberjaya Amankan Pelaku Penggelapan Mobil Rental
"Otomatis kami sebelumnya para petani sudah planing ini untuk bayar bank ini untuk pakan segala macam tetapi karena adanya fenomena ini semuanya buyar sama saja kami ini mulai dari nol otomatis harapan kami kepada Pemerintah untuk bantuan terutama negosiasi kepada pihak Perbankan bagaimana kami paling tidak diberi keringanan waktu," pungkasnya
Sementara itu Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Lampung Barat Kamaludin mengatakan pihaknya sudah meninjau dan melakukan koordinasi kepada pembudidaya yang terdampak fenomena alam yang sedang terjadi saat ini, dan berdasarkan informasi yang didapat pihaknya fenomena tahun ini lebih parah dari fenomena yang terjadi pada tahun 2017 silam.
Disinggung mengenai ikan yang terdampak fenomena tersebut Kamaludin mengatakan ada dua jenis ikan, pertama yang masih aman dikonsumsi dan yang tidak bisa di konsumsi.
Untuk yang masih bisa di konsumsi yaitu ikan yang memang belum mengeluarkan bau tidak sedap khas belerang sedangkan ikan yang tidak bisa di konsumsi yaitu ikan yang sudah satu jam mengapung di permukaan.