SPBU Gunungratu Diduga Utamakan Pembelian Pertalite dengan Jerigen

Jumat 17-06-2022,10:36 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Budi Setiyawan

Medialampung.co.id - Pelayanan Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pekon Gunungratu Kecamatan Bandarnegeri Suoh (BNS) Kabupaten Lampung Barat dikeluhkan. 

SPBU satu-satunya yang melayani masyarakat dua kecamatan yakni Suoh dan BNS tersebut diduga lebih mengutamakan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dengan menggunakan jerigen.

Hal ini bertentangan dengan Surat Edaran Menteri ESDM No.13/2017 tentang Ketentuan Penyaluran Bahan Bakar Minyak Melalui Penyalur. 

Pembelian Pertalite memakai jeriken dilarang karena Pertalite kini sudah menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yang diatur dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan.

Polemik ini memicu kemarahan masyarakat, bahkan masyarakat mengirimkan surat terbuka kepada Bupati Lambar Hi. Parosil Mabsus dan Ketua DPRD Edi Novial terkait mahalnya harga jual BBM di Kecamatan Suoh dan BNS.

Dalam surat terbuka tersebut dijelaskan, bahwa saat ini harga jual BBM di masyarakat mencapai Rp12.000 untuk pertalite dan Rp14.000 untuk pertamax serta Rp9.000 untuk solar di tingkat eceran, dan juga SPBU di Kecamatan BNS yang sering kehabisan stok pertalite.

Anggota DPRD Lambar Sugeng Hari Kinaryo Adi mengungkapkan, keluhan masyarakat tersebut sudah terjadi cukup lama. Bahkan ia telah melakukan pengecekan langsung terkait itu.

"Saya sendiri beberapa kali hendak melakukan pengisian sekaligus mau mengecek kebenaran informasi yang saya terima dan ternyata apa yang dikeluhkan masyarakat itu benar," ungkap Sugeng, Jumat (17/6).

Bahkan ia mengaku telah memergoki satu unit mobil Mitsubishi L300 yang penuh muatan BBM Pertalite. Sehingga diduga pihak SPBU lebih mengutamakan pembelian dengan menggunakan jerigen ketimbang masyarakat yang datang untuk melakukan pembelian langsung.

"Saya pernah pergoki L-300 penuh dengan BBM, ada tiga tumpuk jerigen yang diduga pertalite. Setelah saya coba tanya ke salah satu pengecor, BBM Pertalite mereka beli dengan harga Rp8.800 per liter dari SPBU, ini saja sudah menyalahi karena tidak sesuai dengan harga yang semestinya yakni Rp7.600 per liter," bener Sugeng.

Mahalnya harga beli di SPBU tersebut, kata Sugeng, tentu berdampak terhadap harga jual pengecer di masyarakat, dimana saat ini harga jual BBM jenis Pertalite di tingkat pengecer mencapai Rp12.000 per liter.

"Masyarakat berharap, ada penindakan dari pihak terkait terhadap SPBU tersebut, agar kedepannya tidak lagi melayani pengecor atau pembelian dengan menggunakan jerigen, tetapi melayani masyarakat yang datang langsung ke SPBU khususnya BBM jenis Pertalite," tegasnya.

Sayangnya, hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan dari pihak pengelola SPBU Gunungratu. Reno, selaku pengelola SPBU tersebut beberapa kali dihubungi via ponselnya di nomor 0853-6675-XXX sayangnya dalam keadaan tidak aktif.(nop/mlo) 

 

Kategori :