Pakaian Hitam Adat Suku Kajang: Cerminan Kesederhanaan dan Kesetaraan Hidup

MEDIALAMPUNG.CO.ID — Suku Kajang merupakan salah satu komunitas adat yang masih mempertahankan tradisinya secara kuat di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. 

Mereka dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.

Ciri khas yang paling menonjol dari suku ini adalah pakaian adat mereka yang seluruhnya berwarna hitam. 

Warna hitam bukan sekadar pilihan busana, melainkan lambang dari falsafah hidup dan keyakinan spiritual masyarakat Kajang.

BACA JUGA:Ritual Adat Suku Kajang Ammatoa di Bulukumba: Menyatu dengan Alam dan Leluhur

Makna Warna Hitam dalam Kehidupan Suku Kajang

Bagi masyarakat Kajang, warna hitam memiliki arti yang sangat dalam. Hitam melambangkan kesetaraan, kesederhanaan, dan kekuatan batin. Mereka percaya bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada hitam yang lebih indah atau lebih buruk dibandingkan yang lain — semua memiliki nilai yang sama.

Filosofi ini menunjukkan pandangan hidup mereka yang menolak perbedaan status sosial dan menjunjung tinggi keadilan serta persaudaraan.

Selain itu, warna hitam juga menggambarkan keteguhan hati serta ketenangan dalam menjalani kehidupan. Mereka hidup dengan prinsip “tidak berlebih-lebihan” dan selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Bagi Suku Kajang, kehidupan yang damai dan seimbang jauh lebih penting daripada kemewahan duniawi.

BACA JUGA:Balla To Kajang: Rumah Adat Suku Kajang yang Penuh Makna dan Kesederhanaan

Bentuk dan Jenis Pakaian Adat

Pakaian adat Kajang digunakan oleh seluruh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. 

Busana ini dikenakan bukan hanya saat upacara adat, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari.

Untuk laki-laki, pakaian terdiri dari baju lengan panjang dan celana longgar berwarna hitam polos. 

Sumber: