5 Fakta Unik Kampung Adat Bena Bejawa, Warisan Megalitikum di Flores

5 Fakta Unik Kampung Adat Bena Bejawa, Warisan Megalitikum di Flores

Kampung Adat Bena merupakan salah satu kampung megalitikum yang paling terawat di Indonesia. - Foto Instagram@Seilerajkt--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Flores di Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai salah satu wilayah dengan kekayaan budaya yang mengagumkan. Selain Wae Rebo yang sudah lebih dulu populer, ada satu kampung adat lain yang tak kalah menarik, yaitu Kampung Adat Bena di Bajawa. 

Kampung ini berada di lereng Gunung Inerie dan menawarkan suasana yang masih sangat alami, seolah membawa pengunjung kembali ke masa lampau.

Untuk mencapai Kampung Bena, wisatawan biasanya memulai perjalanan dari Kota Bajawa. Dengan kendaraan sewa atau mobil pribadi, perjalanan sekitar 19 kilometer ke arah selatan bisa ditempuh kurang lebih 30–40 menit. Jika datang dari Labuan Bajo, perjalanan memerlukan waktu sekitar 7–8 jam melalui jalur darat.

Berikut lima hal menarik yang membuat Kampung Adat Bena begitu istimewa dan menjadi daya tarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

BACA JUGA:Pantai Pacar Tulungagung, Sebuah Pelarian Sunyi di Kaki Perbukitan Selatan

1. Perkampungan Warisan Era Megalitikum

Kampung Adat Bena merupakan salah satu kampung megalitikum yang paling terawat di Indonesia. Lokasinya berada di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. 

Usianya diperkirakan telah mencapai lebih dari seribu tahun, menjadikannya salah satu situs budaya tertua di Flores.

Keberadaan batu-batu besar, altar megalitik, serta berbagai simbol nenek moyang di area tengah kampung menunjukkan bahwa tradisi kuno masih terjaga dengan baik hingga sekarang. Di sinilah biasanya dilakukan upacara adat yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Bena.

BACA JUGA:Simulasi Cicilan KUR BRI 2025 Mulai Rp1 Juta, Begini Cara Pencairan Tanpa Jaminan

2. Susunan Rumah yang Unik dan Sarat Makna

Salah satu ciri khas Kampung Bena adalah tata letak rumahnya. Seluruh rumah adat tersusun melingkar membentuk huruf U, mengelilingi halaman tengah yang menjadi pusat aktivitas adat. Bentuk ini bukan hanya estetis, tetapi juga memiliki makna simbolis terkait konsep perlindungan dan kebersamaan antar keluarga.

Di tengah kampung berdiri dua simbol penting, yaitu nga’du dan bhaga. Nga’du melambangkan leluhur laki-laki. Bentuknya seperti payung besar dengan satu tiang dari kayu keras. Tiang ini juga berfungsi sebagai tempat menggantung hewan kurban pada upacara adat.

Bhaga adalah simbol leluhur perempuan. Wujudnya menyerupai rumah kecil miniatur, melambangkan tempat bernaung dan keberlanjutan garis keturunan. Kedua simbol ini menjadi pusat spiritual masyarakat Bena dan memiliki peran penting dalam berbagai ritual adat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: