Kawah Putih Dolok Tinggi Raja, Pesona “Salju Panas” di Jantung Simalungun

Kawah Putih Dolok Tinggi Raja, Pesona “Salju Panas” di Jantung Simalungun

Kawah Putih Dolok Tinggi Raja. / Foto --- instagram @wonderful_location -----

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Bagi masyarakat luas, salju biasanya identik dengan suhu dingin yang menusuk kulit. Namun di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, terdapat sebuah fenomena alam yang membalik logika itu.

Di sebuah kawasan hutan lindung, hamparan putih menyerupai salju justru memancarkan hawa panas. Fenomena yang oleh warga dijuluki “Salju Panas” ini dikenal secara resmi sebagai Kawah Putih Dolok Tinggi Raja.

Lokasi wisata tersebut berada di Desa Dolok Marawa, Kecamatan Silau Kahean, sekitar 90 kilometer dari pusat Kota Medan. Dengan perjalanan darat sekitar tiga hingga empat jam, pengunjung dapat mencapai kawasan yang tersimpan rapat di balik rimbunnya hutan. 

Kawah Putih Dolok Tinggi Raja belakangan menjadi salah satu destinasi unggulan di Sumatera Utara karena keunikan alam yang sulit ditemui di tempat lain.

BACA JUGA:Kwatisore, Desa Tanpa Musim dengan Pesona Hiu Paus Sepanjang Tahun

Hamparan putih di kawasan ini sebenarnya bukan salju, melainkan travertin, yakni endapan mineral dari mata air panas yang muncul dari perut bumi. 

Warnanya didominasi putih, tetapi variasi lain seperti cokelat, krem, abu-abu, hingga hijau keperakan juga terlihat di beberapa titik, tergantung kandungan mineral yang terbawa air panas.

Sumber utama travertin berasal dari retakan tanah selebar 10–60 sentimeter. Dari celah tersebut, air panas bersuhu mendekati 90 derajat Celsius menyembur ke permukaan dengan ketinggian mencapai 2,5 meter. 

Fenomena geologi ini menciptakan bentang alam yang unik dan menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan.

BACA JUGA:Brobosan, Tradisi Jawa dalam Upacara Kematian

Selain pesonanya yang khas, kawasan ini juga sarat dengan kisah turun-temurun. Masyarakat percaya bahwa dahulu Dolok Tinggi Raja merupakan tempat tinggal para raja Simalungun. 

Cerita rakyat menyebutkan, saat berlangsung pesta besar, air panas yang dimasak tumpah dan meluap hingga menggenangi kawasan sekitar. Peristiwa itu dipercaya melahirkan hamparan putih yang kini dikenal sebagai Kawah Putih Dolok Tinggi Raja.

Dari sisi sejarah, kawasan ini sudah dikenal sejak lama. Pada 1924, pemerintah kolonial Belanda bersama raja-raja Simalungun menetapkan area seluas 167 hektare di sekitar kawah sebagai kawasan hutan lindung. 

Penetapan itu bertujuan menjaga kelestarian ekosistem sekaligus menghormati amanat para raja. Hingga sekarang, masyarakat setempat tetap memegang teguh tradisi menjaga kawasan ini dari kerusakan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: