Harmoni di Pulau Dewata: Idul Adha dan Tradisi 'Galungan Bali' di Tengah Masyarakat Muslim
Toleransi antarumat beragama di Bali juga terlihat jelas dalam pelaksanaan ibadah salat Idul Adha. Foto' Instagram@sekehedemenbali--
BACA JUGA:Tradisi Nangguh: Menghormati Leluhur dalam Kearifan Budaya Ranau Raya
Refleksi Toleransi dari Penyebutan Nama Hari Raya
Menggunakan istilah “Galungan Bali” untuk menyebut Idul Adha mungkin terdengar tidak umum di luar Bali.
Namun bagi masyarakat Muslim Bali, hal tersebut adalah bentuk penyesuaian budaya yang tidak mengubah esensi ajaran Islam.
Tradisi semacam ini membantu menciptakan kedekatan emosional antara kelompok agama yang berbeda, serta memperkuat rasa saling memiliki terhadap budaya lokal.
BACA JUGA:Ngejalang: Tradisi Silaturahmi dan Doa Leluhur Masyarakat Lampung Pesisir
Alih-alih menjadi bentuk pencampuran ajaran, istilah ini berfungsi sebagai jembatan komunikasi dan wujud penghormatan terhadap budaya masyarakat mayoritas.
Hal ini memperkaya khazanah budaya Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk dan toleran.
Tradisi menyebut Idul Adha sebagai “Galungan Bali” mencerminkan nilai-nilai toleransi dan harmoni yang tumbuh kuat di tengah masyarakat Bali.
Sejarah panjang kehadiran umat Islam, dukungan dari raja-raja setempat, serta keterlibatan pecalang dalam pelaksanaan ibadah adalah bukti nyata bahwa kehidupan beragama di Bali dapat berjalan dengan saling menghargai.
BACA JUGA:5 Tradisi Idul Adha di Indonesia yang Unik dan Bernilai Wisata Budaya
Dalam konteks Indonesia yang plural, Bali bisa menjadi contoh bagaimana perbedaan latar belakang agama dan budaya bukanlah penghalang untuk menciptakan persatuan.
Justru, dari keberagaman inilah lahir semangat gotong royong dan kedamaian yang patut dirawat dan diwariskan kepada generasi mendatang.(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





