Pacu Jawi: Warisan Budaya Minangkabau yang Sarat Makna
Pacu Jawi bukan hanya simbol hiburan atau kebanggaan lokal, tetapi juga warisan budaya yang menggambarkan cara hidup masyarakat Minangkabau. Foto: Instagram@hendra_nasri--
BACA JUGA:Honda HR-V: Mobil Elegan yang Jadi Incarannya Kaum Hawa
Biasanya, lomba dimulai sejak pagi dan berlangsung hingga sore, disaksikan oleh ratusan warga, termasuk wisatawan domestik maupun mancanegara.
Setiap tim Pacu Jawi terdiri dari dua ekor sapi yang diikat menggunakan sebatang kayu dan dikendalikan oleh seorang joki.
Joki berdiri di atas kayu bajak tersebut dan memegang tali yang terikat pada kedua sapi.
Tantangannya bukan pada kecepatan, melainkan pada kemampuan sapi berlari lurus dan serempak.
BACA JUGA:Keajaiban Alam Langka di Pantai Banyu Tibo
Kemenangan dalam lomba ini tidak ditentukan oleh siapa yang tiba paling dulu di garis akhir, melainkan oleh seberapa lurus dan kompak kedua sapi berlari.
Keselarasan gerakan antara kedua hewan dan keterampilan joki dalam mengarahkan mereka menjadi penentu keberhasilan.
Tak jarang, joki harus mencelupkan kakinya ke dalam lumpur bahkan terjatuh demi menjaga keseimbangan dan arah sapi.
Kemampuan mengendalikan dua sapi yang kuat dan lincah dalam kondisi basah dan licin menunjukkan kepiawaian serta ketahanan fisik para joki.
BACA JUGA:Pemprov Lampung Tegaskan Komitmen Inklusivitas Lewat Perayaan HUT ke-343 Kota Bandar Lampung
Pacu Jawi tidak hanya memiliki peran sebagai hiburan rakyat, tetapi juga memperkuat ikatan sosial masyarakat.
Acara ini menjadi ajang berkumpul bagi warga dari berbagai lapisan, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kebersamaan.
Dari segi ekonomi, kegiatan ini memberi peluang besar bagi para peternak. Sapi yang tampil baik dalam Pacu Jawi akan meningkat nilai jualnya secara signifikan.
Banyak pembeli, baik dari dalam maupun luar daerah, tertarik untuk membeli sapi-sapi yang berprestasi dalam ajang ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




