Festival Erau: Warisan Budaya Kutai Kartanegara yang Mendunia

Festival Erau: Warisan Budaya Kutai Kartanegara yang Mendunia

Festival Erau adalah warisan budaya yang luar biasa dari Kutai Kartanegara. Foto:Instagram@aku.pdayak --

BACA JUGA:Menelusuri Tradisi Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan

Dalam pelaksanaan Erau, masyarakat memiliki peran yang sangat besar. Salah satunya adalah tradisi membawa hasil bumi ke istana sebagai bentuk persembahan dan rasa syukur. 

Hasil panen tersebut akan diterima oleh pihak kerajaan dan sebagai balasannya, masyarakat akan mendapatkan jamuan atau pesta rakyat. Tradisi ini mencerminkan hubungan timbal balik antara raja dan rakyat yang saling mendukung.

Selain untuk penobatan raja, Erau juga dilakukan dalam momen pemberian gelar kehormatan kepada tokoh masyarakat. 

Prosesi ini menjadi bentuk penghargaan kepada individu yang dinilai telah berjasa bagi masyarakat atau lingkungan kerajaan.

BACA JUGA:Tenun Gringsing: Kain Sakral yang Menenun Nilai Kehidupan dari Bali

Ragam Upacara Adat

Festival Erau dipenuhi dengan berbagai upacara adat yang memiliki makna mendalam. Beberapa di antaranya adalah:

  • Bepelas, yaitu ritual pembersihan diri dan tempat sebelum acara besar dimulai.
  • Ngulur naga, berupa prosesi mengarak naga yang menjadi simbol penjaga dan pelindung masyarakat.
  • Rangga titi, ritual spiritual untuk mengantarkan arwah leluhur kembali ke alamnya.
  • Belimbur, yaitu tradisi saling siram air antarwarga yang dipercaya membawa kesucian, keberkahan, dan mempererat hubungan sosial.

Rangkaian upacara ini memperlihatkan kekayaan filosofi dan spiritualitas dalam budaya Kutai yang tidak hanya bersifat simbolik, tapi juga mengandung nilai pendidikan budaya.

BACA JUGA:Manik Angkeran dan Asal Mula Selat Bali

Setelah berhenti selama beberapa waktu karena perubahan sistem pemerintahan, Festival Erau kembali dihidupkan pada awal 1970-an. 

Pemerintah daerah berinisiatif menjadikannya sebagai acara budaya dan pariwisata yang dilaksanakan rutin setiap dua tahun, bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong.

Versi modern dari Festival Erau tetap mempertahankan banyak unsur tradisional, namun dikemas dalam format yang lebih terbuka dan bisa dinikmati oleh masyarakat umum. 

Adanya adaptasi ini membuat festival tetap relevan dan dapat menarik perhatian generasi muda serta wisatawan.

BACA JUGA:Bambu Gila: Permainan Tradisional Bernuansa Mistis dari Maluku

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: