Warisan Budaya Melayu yang Menyala di Jambi: Festival Payung Api

Warisan Budaya Melayu yang Menyala di Jambi: Festival Payung Api

Festival Payung Api merupakan cerminan dari kekuatan budaya yang terus menyala, meski zaman terus berubah. - Foto: Instagram@tv.melayu --

BACA JUGA:Trump Kembali Tekan Eropa: Harga Mobil Impor Terancam Melonjak Tajam

Proses kreatif pada Festival Payung Api tersebut melibatkan banyak pihak. Mulai dari seniman lokal, pemuda, hingga masyarakat umum, semua bergotong royong untuk mewujudkan pertunjukan yang menggugah. Semangat kebersamaan inilah yang menjadi kekuatan utama festival ini.

Di balik satu payung api, misalnya, terdapat proses pembuatan yang melibatkan kerja sama seluruh keluarga, terutama dalam tradisi pernikahan. 

Semangat inilah yang coba dihidupkan kembali dalam festival: bekerja bersama bukan hanya untuk hasil, tapi juga demi mempertahankan nilai-nilai kebudayaan.

Melalui kerja sama ini pula, generasi muda dikenalkan dengan warisan budaya mereka sendiri, tidak hanya sebagai penonton tapi juga sebagai pelaku aktif yang turut menjaga dan mengembangkan tradisi tersebut.

BACA JUGA:Pererat Sinergi, Dandim 0410/KBL Gelar Coffee Morning Bersama Insan Media

Festival Payung Api menjadi bagian dari rangkaian kegiatan budaya di sepanjang Daerah Aliran Sungai Batanghari. 

Sungai ini bukan hanya jalur air terpanjang di Sumatera, tapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan dan sejarah masyarakat Jambi. 

Dengan menjadikan DAS Batanghari sebagai lokasi penyelenggaraan, festival ini membawa pesan penting tentang pelestarian lingkungan.

Seni dan budaya yang ditampilkan tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan yang harus dijaga. Menjaga sungai, menjaga hutan, dan merawat lingkungan adalah bagian dari nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

BACA JUGA:Mitsubishi Siapkan SUV 3 Baris Baru? Misteri Kotak Hitam Jadi Tanda-Tanda

Festival ini juga menjadi ruang regenerasi budaya, tempat di mana generasi muda bisa mengembangkan kreativitas sekaligus belajar menghargai identitas lokal. 

Banyak anak muda yang terlibat dalam proses kreatif mulai dari desain payung, pementasan tari, hingga musik pengiring. 

Keterlibatan mereka menunjukkan bahwa warisan budaya bisa tetap hidup dan berkembang seiring waktu.

Lebih dari itu, festival ini mengajarkan bahwa kebudayaan bukan hanya milik masa lalu, tapi juga bisa menjadi bagian dari solusi masa kini, termasuk dalam membangun rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: