Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Telaga Sarangan terbentuk dari kisah ajaib Ki Pasir dan Nyai Pasir yang berubah menjadi naga-Ilustrasi AI-

BACA JUGA:Tari Tupping: Tarian Tradisional Lampung Selatan yang Penuh Sejarah dan Makna

Setelah mereka menyantap telur itu, tubuh mereka perlahan mulai berubah. Suhu tubuh meningkat, rasa gatal muncul, dan kulit mereka berubah menjadi sisik berwarna keemasan.

Perubahan itu semakin menjadi-jadi. Tubuh mereka memanjang, tangan dan kaki menghilang, digantikan oleh tubuh panjang bersisik dan kepala menyerupai naga. 

Dalam kepanikan, mereka melarikan diri ke mata air terdekat. Namun, perubahan wujud itu tidak bisa dihentikan. 

Kini mereka sepenuhnya telah menjadi dua ekor naga besar yang tidak dikenal siapa pun.

BACA JUGA:Kain Endek Sekar Jepun: Pesona Tenun Tradisional Bali dari Denpasar

Warga desa yang melihat kejadian itu ketakutan. Dua naga besar muncul dan mengamuk di sekitar mata air, menyebabkan tanah retak dan air menyembur keluar deras. 

Aliran air terus bertambah dan menenggelamkan sebagian wilayah sekitar. Dari sinilah genangan besar mulai terbentuk, yang lama kelamaan berubah menjadi telaga luas.

Di tengah kekacauan itu, Joko Lelung kembali dari pengembaraannya. Ia terkejut melihat desa berubah, dan lebih terkejut lagi saat menyadari bahwa dua naga yang mengamuk adalah orang tuanya. 

Dengan tenang, ia duduk bersila di tepi telaga dan mulai memusatkan pikiran. Ia memohon kepada alam semesta agar mengembalikan ketenteraman dan meredakan amarah kedua makhluk tersebut.

BACA JUGA:Harmoni di Pulau Dewata: Idul Adha dan Tradisi 'Galungan Bali' di Tengah Masyarakat Muslim

Doa Joko Lelung membawa ketenangan. Kedua naga berhenti mengamuk serta perlahan menghilang ke dalam dasar telaga.

Air pun menjadi tenang, tidak ada lagi suara gemuruh. Sejak saat itu,  masyarakat percaya bahwa arwah Ki Pasir dan juga Nyai Pasir tetap berada di dalam telaga sebagai penjaga alam.

Telaga yang terbentuk itu kemudian diberi nama Telaga Pasir, sesuai dengan nama pasangan suami istri yang menjadi naga. 

Namun dalam perkembangan waktu, masyarakat mulai menyebutnya sebagai Telaga Sarangan, mengikuti nama desa tempat telaga itu berada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: