BYD Beri Diskon Hingga Rp 120 Juta, Industri Mobil Listrik China Bergejolak

BYD Beri Diskon Hingga Rp 120 Juta, Industri Mobil Listrik China Bergejolak

BYD kejar target 5,5 juta unit dengan strategi diskon agresif dan efisiensi pasokan-Foto BYD-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Industri kendaraan listrik (EV) di China kembali diguncang.

BYD yang merupakan salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia yang mengumumkan gelombang diskon besar-besaran hingga 53.000 yuan atau sekitar Rp120 juta untuk 22 model kendaraan dari lini Dynasty dan Ocean.

Kebijakan agresif ini diumumkan pada akhir Mei 2025 dan langsung menyulut gejolak di pasar otomotif.

Kampanye potongan harga ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan BYD sejak Maret 2025.

BACA JUGA:Diskon Listrik Batal, Pemerintah Alihkan Fokus ke Bantuan Tunai

Tujuannya jelas: mengerek angka penjualan dan mempertahankan dominasinya di tengah persaingan yang semakin sengit dalam pasar EV yang mulai menunjukkan tanda kejenuhan.

Bahkan, model-model unggulan seperti Seagull dengan fitur advanced driver-assistance system (ADAS) kini dibanderol mulai 55.800 yuan atau sekitar Rp122 juta.

Sementara Seal 07 DM-i turun drastis menjadi 102.800 yuan (sekitar Rp 225 juta) setelah potongan harga dari BYD ditambah subsidi pemerintah.

Langkah BYD ini langsung memaksa produsen lain merespons dengan kebijakan serupa.

BACA JUGA:BYD Bantah Tuduhan sebagai Evergrande-nya Industri Otomotif

Geely, misalnya, menurunkan harga Geome Xingyuan menjadi 59.800 yuan (sekitar Rp 131 juta), langsung menantang Seagull dan Dolphin milik BYD.

Chery juga ikut serta dengan memangkas harga Tiggo 3X menjadi 34.900 yuan (sekitar Rp 76 juta), melalui program subsidi besar senilai 10 miliar yuan.

Namun, strategi diskon masif ini tak lepas dari sorotan negatif. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) dan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) memperingatkan soal dampak buruk dari “perang harga” ini.

Data terbaru menunjukkan margin keuntungan industri mobil turun dari 4,3% pada 2024 menjadi hanya 3,9% pada kuartal pertama 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: