BYD Beri Diskon Hingga Rp 120 Juta, Industri Mobil Listrik China Bergejolak
BYD kejar target 5,5 juta unit dengan strategi diskon agresif dan efisiensi pasokan-Foto BYD-
BACA JUGA:Motor Listrik vs Hybrid: Mana yang Lebih Efisien untuk Perkotaan?
Media pemerintah seperti People’s Daily bahkan membandingkan kondisi saat ini dengan krisis industri sepeda motor yang dulu kehilangan pasar Asia Tenggara akibat strategi banting harga yang tidak berkelanjutan.
Bahkan, Ketua Great Wall Motors, Wei Jianjun, sampai mengkritik tajam BYD yang menyebut situasi ini mirip Evergrande di sektor otomotif dan mengindikasikan kekhawatiran terhadap penggunaan utang dan tekanan terhadap pemasok.
Sementara Ketua Chery, Yin Tongyue, mengaku bahwa perusahaannya terpaksa ikut memotong harga demi tetap bersaing.
Beberapa dampak langsung mulai terlihat di lapangan. Sebuah diler mobil di Jinan, Provinsi Shandong, dilaporkan gulung tikar karena tidak mampu menahan tekanan stok dan arus kas.
BACA JUGA:Persaingan Harga Mobil China Makin Panas, Pemerintah Turun Tangan Redam Kekacauan Pasar
Di sisi lain, para pemasok mengeluhkan tekanan dari BYD untuk menurunkan harga komponen hingga 20-30 persen, yang memaksa mereka menerima kesepakatan harga lebih rendah demi mempertahankan volume produksi.
Analis menilai langkah ini merupakan bagian dari upaya BYD mencapai target ambisius: menjual 5,5 juta unit mobil sepanjang 2025. Namun hingga April, perusahaan baru mencatatkan penjualan sekitar 1,38 juta unit.
Keunggulan struktur rantai pasok BYD—di mana lebih dari 90% kebutuhan baterai diproduksi sendiri—memberi mereka ruang lebih besar untuk bermain harga.
BACA JUGA:Krisis Dealer BYD di China: Ekspansi Agresif Picu Runtuhnya Puluhan Mitra Utama
Ditambah lagi, harga litium karbonat yang digunakan dalam baterai EV telah anjlok dari 600.000 yuan menjadi hanya 60.000 yuan per ton, membuat biaya produksi jauh lebih efisien.
Bagi konsumen, tentu ini kabar baik. Mereka bisa menikmati fitur-fitur canggih seperti ADAS level 2, kursi berpendingin, dan sistem hiburan modern dengan harga lebih terjangkau.
Namun, pengamat industri mengingatkan akan risiko penurunan kualitas. Misalnya, sistem keamanan seperti ABS dan ESP bisa diganti dengan versi murah untuk menekan biaya produksi.(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





