Dampak Buruk Jam Kerja Terlalu Panjang: Struktur Otak Bisa Berubah
Bekerja lebih dari 52 jam per minggu dapat memicu gangguan emosi dan penurunan memori-Ilustrasi Canva AI-
BACA JUGA:Data Pribadi Peserta Seleksi PPPK Bocor? Belum Terima SK Sudah di Tawari Pinjaman
Risiko gangguan emosi dan penurunan memori menjadi lebih tinggi seiring meningkatnya durasi kerja.
Lebih jauh lagi, dampak jangka panjang dari kebiasaan kerja yang berlebihan juga mengarah pada risiko kesehatan serius seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan metabolisme.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bahkan menyatakan bahwa kerja berlebihan menyebabkan lebih dari 800.000 kematian setiap tahun secara global, terutama akibat stroke dan penyakit jantung.
Namun demikian, dampak terhadap otak dan kesehatan mental masih kerap luput dari perhatian dalam penyusunan kebijakan ketenagakerjaan.
BACA JUGA:Prediksi Carlos Ghosn Mulai Terbukti, Nasib Nissan di Ujung Tanduk
Penelitian ini menjadi alarm penting bagi perusahaan dan pembuat kebijakan untuk mulai memikirkan ulang sistem kerja yang diterapkan.
Para ahli menyarankan agar ada pembatasan jam kerja yang jelas, pemberlakuan rotasi kerja yang sehat, istirahat yang cukup, serta dukungan terhadap kesehatan mental di tempat kerja.
Selain itu, pengurangan shift malam yang beruntun dan pemeriksaan rutin kesehatan mental juga disarankan untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa meski otak manusia memiliki kemampuan beradaptasi dengan tekanan, ada batas tertentu yang jika dilampaui dapat menyebabkan kerusakan permanen.
BACA JUGA:Waspadai OTP WhatsApp yang Muncul Tiba-tiba, Ini Cara Mengamankannya
Kerja keras memang penting dalam dunia yang kompetitif, namun keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan otak perlu dijaga.
Jam kerja panjang terbukti meninggalkan jejak biologis pada otak, yang pada akhirnya bisa menurunkan kualitas hidup dan performa kerja seseorang.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine dan menjadi referensi penting dalam pembentukan kebijakan kerja yang lebih manusiawi, berkelanjutan, dan peduli pada kesehatan otak pekerja.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





