Emerita pangandaran, Spesies Baru Undur-Undur Laut Ditemukan di Pantai Selatan Jawa

Emerita pangandaran, Spesies Baru Undur-Undur Laut Ditemukan di Pantai Selatan Jawa

Spesies Baru Undur-Undur Laut di Selatan Jawa. Foto Freepik--

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Kabar menggembirakan datang dari pantai selatan Pulau Jawa. 

Tim gabungan peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Medan Area berhasil menemukan spesies baru dari kelompok undur-undur laut yang dinamai Emerita pangandaran. 

Penemuan ini memperkaya daftar keanekaragaman hayati laut Indonesia.

Spesies ini ditemukan di wilayah pesisir Pangandaran dan Cilacap, lalu dinamai berdasarkan lokasi pertama kali ditemukan, sebagai penghormatan atas kekayaan ekosistem lokal.

BACA JUGA:Aspartam: Solusi Rendah Kalori atau Ancaman Kesehatan Tersembunyi?

Makhluk Kecil Penggali Pasir yang Jarang Terlihat

Di kalangan masyarakat pesisir, hewan kecil ini dikenal dengan sebutan yutuk. Emerita pangandaran termasuk dalam kelompok mole crab, yang hidup dengan menggali pasir untuk berlindung dari ombak dan predator. Meski mirip dengan kepiting, secara ilmiah mereka berbeda secara struktural.

Penampilannya yang menyerupai buah pinang membuat penduduk lokal menyebut salah satu variannya sebagai yutuk jambe. Sebelum penemuan ini, hanya satu spesies dari genus Emerita yang tercatat di Indonesia, yaitu Emerita emeritus, yang ditemukan di pantai barat Sumatera dan sebagian wilayah utara dan selatan Pulau Jawa.

Namun melalui observasi morfologis, para peneliti menemukan sejumlah perbedaan penting yang menandai identitas spesies baru ini.

BACA JUGA:9 Manfaat Timun untuk Wajah: Bikin Kulit Lembap, Segar, dan Sehat

Ciri Khas Emerita pangandaran

Beberapa karakteristik unik yang membedakan E. pangandaran dari kerabat terdekatnya antara lain pola cangkang depan yang bergerigi, struktur kaki capit pertama yang berbeda, dan variasi bentuk kepala.

Secara ukuran, E. pangandaran juga lebih besar, dengan panjang tubuh mencapai 35 mm, dibandingkan dengan E. emeritus yang rata-rata hanya sekitar 19 mm.

Masyarakat juga turut membantu mengidentifikasi perbedaannya melalui nama lokal seperti yutuk jambe, yang membedakannya dari jenis yutuk lain seperti Hippa adactyla dan Albunea symmysta yang juga hidup di zona pantai berpasir.

BACA JUGA:Rahasia Kulit Sehat dan Cerah: 9 Manfaat Buah Naga untuk Wajah

Didukung Analisis Genetik

Penetapan status sebagai spesies baru tidak hanya berdasarkan morfologi. 

Peneliti juga melakukan analisis genetik terhadap gen mitokondria cytochrome oxidase subunit I (COI). 

Hasilnya menunjukkan perbedaan genetik sebesar 15,6–16,6 persen dibandingkan E. emeritus, cukup besar untuk diklasifikasikan sebagai spesies baru secara ilmiah.

BACA JUGA:Profil Callista Arum, Mantan Kekasih Cinta Brian yang Bersinar di Dunia Senam dan Akting

Habitat dan Pentingnya Konservasi

Emerita pangandaran hidup di zona pasir kasar swash zone, area pertama yang terkena deburan ombak. 

Karena gaya hidupnya yang cenderung menggali dan mengubur diri, spesies ini sulit terdeteksi secara kasatmata.

Namun kehadirannya sangat penting dalam ekosistem pantai, berperan sebagai penyaring alami dan bagian dari rantai makanan. 

BACA JUGA:Fitur dan Performa Daihatsu Rocky 2025: Mobil Kecil Rasa Besar!

Penemuan ini tidak hanya menjadi pencapaian ilmiah, tetapi juga menjadi pengingat akan luasnya potensi biodiversitas laut Indonesia yang belum seluruhnya terungkap.

Indonesia, sebagai salah satu pusat biodiversitas laut dunia, sekali lagi menunjukkan potensi luar biasa melalui penemuan ini. 

Perlindungan terhadap ekosistem pantai menjadi semakin penting untuk mencegah hilangnya spesies endemik seperti Emerita pangandaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: