Inilah Agama Rakyat Arab Sebelum Hadirnya Rasulullah SAW

Inilah Agama Rakyat Arab Sebelum Hadirnya Rasulullah SAW

--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Awalnya, agama mayoritas bangsa Arab itu mengikuti agama Nabi Ibrahim alaihissalam, yaitu ajaran Tauhid yang untuk beribadah hanya kepada Allah Ta'ala. 

Namun setelah berjalannya waktu sekian lama, mereka telah melalaikan hal tersebut, meskipun masih ada sisa-sisa peninggalan dari ajaran Tauhid Nabi Ibrahim alaihissalam.  

Seperti yang dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, yang hingga kemudian di Makkah  ada seseorang yang bernama 'Amr bin Luhay berasal dari suku Khuza'ah yang sangat dihormati serta dimuliakan kaumnya dikarenakan oleh kedermawanan dan perilakunya yang sangat baik. 

Suatu ketika beliau ini pergi ke Syam dan di sana ia melihat masyarakatnya pada menyembah berhala sebagai bentuk beribadah. 

 BACA JUGA:Pastikan Jarak Tempuh Logistik Pemilu, KPU Pesisir Barat Akan Monitoring Seluruh TPS

Dia juga menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan baik. Maka dari itu ketika kembali ke Makkah dia telah membawa satu berhala yang diberi nama Hubal dan akan diletakkan di dalam Kabah. 

Lalu dia juga yang mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan penduduk Syam. Karena itu pengaruh kedudukannya, maka dari itu tak lama kemudian, penyembahan berhala yang menjadi keyakinan tersendiri penduduk Makkah di saat itu, dan kemudian dengan begitu cepat menyebar ke wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya) hingga sampai menyebar luas meliputi Jazirah Arabia. 

Bahkan di sekitar Ka'bah Pun ada ratusan berhala yang sudah disembah.  

Dari sana juga munculah berbagai bentuk praktik syirik, bid'ah, dan khurafat di masyarakat Arab.  

BACA JUGA:Berkas Dinyatakan P21, Kasus Pencabulan Anak Tiri di Pesisir Barat Dilimpahkan ke JPU

Di samping itu, kehidupan sosial masyarakat Arab mulai berkelas dan bersuku-suku. Di sana juga terdapat pemandangan yang sangat kontras, antara kaum bangsawan yang dengan segala kemewahan dan kehormatan telah dimiliki, untuk kaum budak dengan segala kekurangannya dan kehinaan yang tak terperi.  

Kehidupan antar suku itupun penuh persaingan dan sering berakibat pertikaian di karenakan fanatisme kesukuan yang sangat tinggi saat itu.

 Setiap anggota sukunya pasti membela orang yang memang satu suku dengannya, tak peduli perbuatannya itu benar atau salah, sehingga sangat terkenal dengan ucapan di antara mereka:  “Bantulah saudaramu, baik dia itu berbuat zalim atau telah dizalimi.” 

Perlakuan terhadap wanita ini juga sungguh sangat zalim. Laki-laki pun dapat melakukan poligami tanpa batasan sama sekali, bahkan juga dapat menikahi dua wanita bersaudara sekaligus, yang kemudian dapat menceraikan mereka tanpa batas.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: