Pengrajin Tempe di Bandar Lampung Keluhkan Minimnya Pasokan Kedelai Lokal
--
BANDAR LAMPUNG, MEDIALAMPUNG.CO.ID - Sejumlah pengrajin tempe ini mengeluluhkan minimnya pasokan kedelai lokal.
Seperti salah satu pembuat tempek yang ada di Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung.
BACA JUGA:PAI Award, Upaya Dorong Penyuluh Lebih Bertanggungjawab dan Inovatif
Ia mengeluhkan minimnya pasokan kedelai lokal, pasalnya kedelai yang digunakan saat ini hasil impor dari luar negeri seperti dari Amerika dan Thailand.
Meskipun bisa dibilang harganya lebih murah tetapi untuk kualitas dan gizi serta protein sangat rendah jika dibandingkan dengan kedelai lokal.
BACA JUGA:KUA Batu Ketulis Serahkan Sertifikat Halal Gratis Kepada 35 UMKM
Minimnya pasokan berdampak pada harga kedelai lokal yang kini cukup tinggi, sampai di harga Rp20 ribu per kilogram.
Tidak bisa dielakkan kini pengrajin tempe lebih memilih menggunakan kedelai impor yang harganya lebih murah, yakni Rp10.200 untuk perkilogramnya, tetapi untuk kualitas di bawah kedelai lokal.
BACA JUGA:Ngumbai, Tradisi Sedekah Bumi yang Tetap Lestari di Pekon Tebaliokh
Sutrisno perajin tempe, yang kini sudah menjadi generasi ke 2, mengeluhkan mahalnya harga kedelai lokal yang membuatnya harus memilih menggunakan kedelai impor.
“Kami terpaksa mengurangi ukuran tempenya dan memilih kedelai impor, kalo menaikan harga tidak mungkin karena kalau dinaikin lagi pastinya bakal susah dijual," ucapnya.
BACA JUGA:Pj. Bupati Lampung Barat Apresiasi Disporapar atas Suksesnya Festival Budaya Sekala Bekhak Ke 9
Sutrisno mengatakan, sebelum wabah Covid 19 di Indonesia terjadi, ia masih mampu meraup keuntungan atau hasil yang memang cukup besar, karena untuk harga kedelai pada saat itu memang masih terjangkau berkisar di harga Rp7500.
"Kalau sebelum pandemi, penghasilan per bulan bisa mencapai Rp5 juta, namun setelah pandemi melanda kini hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp3 juta untuk per bulan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: