Video Keluarga Pasien Terlantar Mengamuk di RSUDAM Viral di Medsos

Video Keluarga Pasien Terlantar Mengamuk di RSUDAM Viral di Medsos

Medialampung.co.id - Video yang menunjukkan keluarga pasien yang mengamuk di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) diduga karena anaknya tidak mendapatkan pelayanan yang layak hingga meninggal dunia kini viral media sosial Facebook.

Dalam video tersebut terlihat seorang wanita yang histeris diduga itu adalah ibu dari pasien MR(21) warga Palas, Lampung Selatan yang melihat anaknya sudah tidak bernyawa pada Senin (10/2) Sore di ruang Bugenvil, sedangkan sang ayah Ujang yang berteriak marah karena anaknya tidak dirawat dengan baik, bahkan justru dipindahkan dari ruangan satu ke ruangan lainya, “Bawa ke ruangan anak saya ini, ya Allah ya Robbi,” kata wanita berkerudung hijau itu.

“Kami di sini dibiarin saja. Setelah itu dipindahin, dititipin di ruangan … (tidak jelas, red)… Setelah sekarat baru dipindahin di ruang sebenarnya. Bukan di sini sebenarnya. Ternyata di kuburan.!” ucap pria itu, marah.

Belum berakhir dalam ucapan Pria berpeci itu, ia merasa mereka sebagai peserta BPJS  kelas tiga dibeda-bedakan pelayanan nya.

“Kenapa harus begitu? Saya ini (peserta, red) BPJS bayar. Mana BPJS tanggung jawabnya, BJPS! Saya ini bayar! Ke pemda saya juga bayaar!”. Saya ini orang miskin, dapatnya nomor tiga. Kelas tiga… saya ini enggak mampu,” katanya berteriak.

“Tanggung jawab dr Riki kenapa jam dua baru datang tanggung jawaaab” tambah lagi pria tersebut di depan sebuah ruang perawatan.

Direktur Utama RSUDAM dr Hery Tjoko Soebandriyo melalui Direktur Pelayanan RSUDAM dr Pad Dilangga dan Direktur Umum RSUDAM dr Erlitha M Utari mengatakan bahwa kondisi pasien memang sakit berat setelah dirujuk dari RS Bob Bazaar.

"Jadi pasien ini adalah rujukan dari RS Bob Bazaar tanggal 9 dengan diagnosa DBD kondisinya sakit berat gelisah, sesak nafas dirawat di ruang HCU (ruang perhatian penuh di IGD) kemudian mendapatkan penatalaksanaaan dari dokter penyakit dalam dr Riki, lalu dilakukan transfusi darah sebanyak 10 kantong karena DBD," katanya, di RSUDAM, Selasa(11/1).

Keesokan harinya, (lanjut dr Pad) pihaknya memindahkan pasien pada ruang penyakit dalam namun karena ruangan tersebut penuh maka dititipkan di ruang Bugenvil, karena keadaan pasien sudah stabil.

"Dan pada senin, sebenarnya pasien ini dirawat di ruang penyakit dalam tetapi karena karena penuh kita titipkan di ruang Bugenvil dan rencananya akan kita rawat bersama ahli syaraf, jadi setelah dipindahkan ke ruang Bugenvil dan dokter juga sudah melakukan edukasi bahwa penyakit ini berat, akan segera dipindahkan ke ruang penyakit dalam," ujarnya.

dr Pad menampik jika pasien diletakan pada luar ruangan atau halaman kamar perawatan menulai ruang Nuri dengan oxigen terpasang dan dua petugas, ia merasa semua yang dilakukan telah sesuai SOP yang berlaku.

"Sampai ruangan, pasien mendadak kejang-kejang kemudian keluarga panik  sebagainya, dan  meninggal di depan kamar itu (Nuri, red) perawat langsung melakukan tindakan ternyata keluarga pasiennya malah marah-marah bahkan sampai memegang memukul petugas, kemudian mencabut selang oxigen sehingga terganggulah penanganan gawat darurat tersebut, sehingga pasien meninggal dunia," terangnya.

Terkait riwayatnya, dr Pad menampik jika pasien ditelantarkan pada selasar ruangan rumah sakit. "Tidak ada, itu sudah sampai depan ruangan saat transfer ruangan makanya di depan tapi tidak jadi dengan jumlah total kelas 3 sebanyak 340 tempat tidur jadi begitu sudah ada yang keluar langsung kita masukan tapi ini belum sampai baru sampai depan," Kata dr Pad Dilangga.

Untuk itu, pihaknya juga akan melakukan evaluasi terhadap pelayanan dan penanganan fasilitas yang dirasa kurang khususnya untuk kamar tersebut.

"Jadi kita dengan adanya ini, kita harus intropeksi juga setelah kita lihat sudah sesuai SOP, memang kita tidak bisa memorediksikan orang meninggal, evaluasi akan kita lakukan kekurangannya seperti ruangan penuh orang bilang di selasar karena menghindari itu kita titipkan di ruangan lain," pungkasnya.(rnn/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: