Dua Lawan Tiga
Oleh: Dahlan Iskan
SAYA tidur awal sekali: pukul 19.30. Agar bisa bangun pukul 23.15. Saya ingin melihat live pelantikan presiden baru Amerika Serikat.
Begitu terbangun saya lihat jam: pukul 02.00. Acara sudah selesai. Manchester City juga sudah menang 1-0 lawan Aston Villa.
Tidur lagi.
Nyenyak lagi.
Saya tidak menyesali itu. Saya perlu istirahat yang cukup di saat terkena Covid-19 ini. Di hari yang ke-12 itu.
Toh saya bisa lihat siaran ulangnya di YouTube. Saya ingin melihat Lady Gaga. Dan terutama Eugene Goodman. Yang namanya lagi ngetop sekarang ini.
Tapi saya tidak melihat Marjorie Taylor Greene di layar. Dia anggota baru DPR, wanita, 46 tahun, ngeyel, nyelekit, pelawan arus, dan cukup cantik. Apalagi kalau pakai masker.
Greene bertekad akan meng-impeach Joe Biden di hari pertama menjabat presiden. Naskah impeachment-nya sedang dia susun. Alasannya: Biden pengkhianat negara. Kaitannya dengan tuduhan bahwa anak Biden menerima uang dari Ukraina dan Tiongkok.
Greene memang anggota Partai Republik. Dari negara bagian Georgia. Pendukung Donald Trump. Pengikut aliran misterius QAnon. Penentang masker.
Waktu kampanye Greene menampilkan foto diri sedang menyandang senjata api. Latar belakang fotonyi itu tiga wanita anggota DPR dari Demokrat. Seolah Greene sedang menyasar tiga lawannyi itu: Ilham Omar (Islam, Somalia, 38 tahun), Rashida Tlaib (Islam, Palestina, 38 tahun) dan Alexandria Ocasio-Cortez (Keturunan Puerto Rico, 31 tahun).
Pendukung Trump memang marah pada tiga orang itu. Apalagi Trump. Sampai minta lebih baik mereka pulang ke negara asal membangun di sana.
Tiga orang itu memang sangat menonjol –termasuk dalam menyerang Trump. Mereka mendapat gelar tidak resmi ”Trio nakal”.
Greene seperti ingin menembak Trio itu. Bahkan Greene juga masih menampilkan foto diri yang tidak kalah sangar: bersama tokoh Ku Kux Klan. Pokoknya Greene tampil sebagai pahlawan supremasi kulit putih.
Dan dia terpilih.
Dalam perlawanannya dengan Trio itu Greene akan berduet dengan anggota baru DPR lainnya. Juga wanita. Lebih muda. Dari Colorado. Fanatikus Trump. Pun pengikut organisasi mistis QAnon.
Namanya: Lauren Boebert. Umur 34 tahun. Anak 4 orang.
Maka di DPR Amerika sekarang ini ada duo-QAnon lawan Trio-color. Sama-sama wanita, sama-sama keras. Beda kutub.
Tapi tokoh-tokoh Partai Republik yang ”normal” sangat risi dengan kehadiran duo-QAnon itu. Gara-gara orang seperti itulah Republik kini kalah total: Jabatan Presiden lepas ke Demokrat, mayoritas DPR tetap di Demokrat. Mayoritas Senat pindah ke Demokrat.
Republik kalah 0-3.
Maka setelah ditinggal Trump, Partai Republik seperti mau meledak. Apalagi Trump sendiri dikabarkan akan mendirikan partai baru: Partai Patriot.
Biden jalan terus.
Ia langsung tancap gas.
Selesai pelantikan ternyata Biden langsung menuju Gedung Putih. Langsung pula menuju ruang kerja –Ruang Oval. Biden ingin menunjukkan bahwa krisis pandemi ini harus ditangani dengan sungguh-sungguh.
Apakah di meja kerja presiden itu Biden menemukan surat pribadi Trump untuk dirinya? Yang ditinggal di meja kerja di ruang itu? Apa pula bunyinya?
Trump ternyata bikin kejutan. Ia meninggalkan surat khusus untuk Biden. Isinya belum diketahui –tapi kelak pasti terungkap.
Trump memang tidak mau menghadiri pelantikan Biden, tidak mau mengaku kalah, tidak mau mengucapkan kata Biden dan tidak mau mengundangnya basa-basi ke Gedung Putih.
Tapi ternyata mau meninggalkan surat itu. Maka dunia medsos Amerika menemukan bahan meme yang lucu. Mereka menebak sendiri-sendiri bunyinya. Ada yang lucu sekali. Ada yang kasar sekali. Persis seperti komentar pembaca Disway tentang ini kapan itu.
Pelantikan Biden sendiri, Anda sudah tahu: sepi. Pakai protokol Covid –meski masih terlihat ada yang cipika-cipiki. Juga dijaga ketat: takut ada teror lagi dari pendukung Trump.
Di tengah suasana sepi itu penampilan Lady Gaga menjadi sangat menonjol. Dengan dandanannya yang sederhana –untuk ukuran Gaga– dia jadi magnet. Dialah yang menyanyikan lagu kebangsaan Amerika. Yang dikenal sebagai lagu kebangsaan yang paling sulit dinyanyikan di dunia –karena perpindahan ke nada tingginya.
Tapi tepuk tangan juga banyak diberikan ke nama ini: Eugene Goodman. Nama ini baru populer dua minggu lalu. Ia pernah perang di Iraq. Tapi baru di saat menjadi polisi di gedung Capitol inilah namanya harum.
Goodman, polisi kulit hitam ini, dinilai sebagai penyelamat besar. Waktu itu ribuan pendukung Trump mulai menduduki Gedung DPR. Mereka merangsek masuk. Hanya ada Goodman. Yang pangkatnya sersan. Goodman tidak kuat menahan masa yang beringas.
Tapi Goodman cool. Ia belokkan masa itu ke ruang lain yang kosong.
Berkat taktiknya itu, anggota DPR dan Senat bisa diselamatkan. Termasuk wapres (saat itu) Mike Pence. Yang diancam akan digantung. Juga Ketua DPR Nancy Pelosi yang paling diincar pendemo.
Di acara pelantikan kemarin itu, Goodman bertugas mengawal wapres terpilih, Kamala Harris.
Begitu nama Goodman disebut, tepuk tangan membahana. Termasuk dari 200.000 bendera yang hadir di upacara itu. Semua berkibar dikipas angin musim dingin. Itulah bendera dari semua negara bagian. Yang mewakili jumlah mereka yang meninggal dunia karena Covid di Amerika: 400.000 orang.
Goodman sedang diusulkan untuk menerima medali tertinggi dari Kongres. Selalu ada pahlawan di semua kejadian. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: