Dinas Perkebunan Waykanan Ajarkan Petani Cara Membuat Pupuk Organik

Dinas Perkebunan Waykanan Ajarkan Petani Cara Membuat Pupuk Organik

Medialampung.co.id - Semakin meroketnya harga pupuk kimia di Pasaran serta semakin sulitnya mendapatkan bahan utama petani mendapatkan produksi yang baik untuk lahan pertaniannya, membuat petani semakin sulit mendapatkan pupuk, apalagi di musim pandemi petani memilih untuk mencukupi bahan pokok guna mempertahankan hidup mereka daripada mencari pupuk, hal itu tentu saja membuat prihatin berbagai pihak, demikian halnya Dinas Perkebunan Waykanan, yang segera berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani, sehingga produksi perkebunan di Waykanan tidak semakin terpuruk.

“80% Masyarakat Waykanan inikan petani mulai dari berkebun Karet, dan kelapa sawit sebagai tanaman idola baru maupun berkebun lada dan Kopi yang meman sudah dikembangkan sejak nenek moyang, kalau mereka justru mengabaikan kebun mereka karena pupuk mahal tentu hal itu sangat merugikan mereka dan juga pemerintah, karena nantinya perekonomian kita akan terpuruk untuk itulah kami mengajarkan petani/pekebun kita membuat pupuk organik sebagai ganti pupuk anorganik atau pupuk kimia yang semakin mahal dan kerap susah dipasaran, dan kami memulainya dengan memberikan pelatihan pada para petani di Kampung Gunung Sari Rebang Tangkas dan Kampung Rantau Temiang Kecamatan Banjit, dan kami akan segera melanjutkan Roadshow ini ke Kecamatan Kecamatan dan lain, guna melakukan pelatihan yang sama, serta kalaupun ada kelompok tani yang memfasilitasi kami pun siap memberikan ilmu untuk mereka guna melepaskan ketergantungan dan Pupuk Kimia, karena pupuk ini murah, bermutu dan ramah lingkungan,” tegas Rohim, Kabid Bina Usaha Dinas Perkebunan Waykanan.

Masih menurut Rohim, keuntungan lain bagi petani Waykanan bila menggunakan pupuk organik adalah, dapat memproduksi sendiri pupuk tersebut dengan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan masing masing dan bahkan dari bahan yang tadinya tidak bermanfaat seperti halnya batang pisang, kotoran ternak, sampah, hingga daun kering yang tadinya hanya dibuang dan kadang dibakar, yang nantinya diberi yang diberi EM-4 untuk melarutkan dengan berbagai proses lain dengan menggunakan waktu 24 hari hingga 28 hari sudah bisa dipergunakan.

Terpisah Andre Sopyan, masyarakat Kampung Sarijaya Kecamatan Negara batin menyambut baik inovasi dari Dinas Perkebunan Waykanan tersebut, dan berharap Tim dari Dinas Perkebunan Waykanan itu dapat melakukan pelatihan yang sama di Kampungnya, karena masyarakat Sarijaya sangat, membutuhkan pupuk untuk memacu produksi perkebunan Kelapa Sawit maupun karet mereka.

“Ditempat saya (Negara Batin *red) pupuk mahal, dan kami menduga ada pula permainan dari oknum-oknum yang tergabung dalam Gapoktan memperjual belikan pupuk milik anggotanya ke masyarakat secara bebas, sementara anggota kelompok taninya sendiri tidak mendapatkan jatah dengan alasan pupuk sudah habis,” kata Andre.

“kalau memang ada Tim yang mau memberikan pelatihan kepada kami, akan kami sambut dengan suka cita, karena kami sangat sulit mendapatkan pupuk , dan bahkan saya pernah dengar KTP kami dipergunakan untuk mendapatkan pupuk namun pupuknya kami tidak pernah terima, dan saat ditanyakan kepada kelompok tani katanya pupuknya telah habis, padahal KTP kami ikut disertakan dalam pengajuan,” papar Andre.

Dalam pada itu hasil investigasi di lapangan, kuat dugaan banyak penyimpangan dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Diduga pupuk bersubsidi banyak lari ke arah petani-petani berdasi yang memiliki kebun puluhan hektar yang seharusnya tidak boleh membeli pupuk subsidi, sedangkan petani yang hanya memiliki kebun 1 sampai 2 hektar sama sekali tidak mendapatkannya.(sah/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: