Lumpia Semarang: Ikon Kuliner Perpaduan Budaya Jawa Tengah dan Tionghoa

Bagi masyarakat Semarang, lumpia sudah menjadi kuliner kebanggaan sekaligus ikon kota. Banyak wisatawan yang menyebut Semarang sebagai “Kota Lumpia” karena jajanan ini selalu dijadikan oleh-oleh khas. 

Beberapa toko legendaris lumpia bahkan sudah berdiri lebih dari setengah abad dan masih menggunakan resep turun-temurun.

Selain itu, lumpia juga sering tampil dalam acara resmi pemerintah daerah, festival kuliner, hingga perayaan Imlek dan Dugderan (tradisi menyambut Ramadan di Semarang). 

Kehadiran lumpia dalam berbagai perayaan ini menandakan bahwa makanan bukan sekadar pengisi perut, melainkan juga sarana mempererat hubungan sosial dan budaya.

BACA JUGA:Wingko Babat, Jajanan Tradisional dengan Rasa Manis Gurih

Variasi Lumpia Kekinian

Meski terkenal dengan versi klasiknya, kini Lumpia Semarang juga hadir dalam variasi modern untuk menyesuaikan tren kuliner:

• Isi seafood seperti kepiting atau cumi.
• Isi sayuran sehat seperti jamur, wortel, dan jagung muda.
• Lumpia mini untuk camilan praktis.
• Lumpia frozen agar bisa dinikmati kapan saja di luar Semarang.

BACA JUGA:Wedang Tahu: Minuman Hangat Tradisional dengan Perpaduan Rasa Tiongkok–Jawa

Nilai Ekonomi dan UMKM

Lumpia Semarang juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang menjadikan lumpia sebagai produk utama. 

Dengan pengemasan modern, lumpia dapat dijual ke berbagai kota bahkan diekspor. Hal ini menjadikan kuliner tradisional ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga sumber penghidupan masyarakat.

Jadi, Lumpia Semarang bukan sekadar camilan, melainkan warisan budaya yang menggabungkan cita rasa, sejarah, dan identitas sebuah kota.(*)

Sumber: