MEDIALAMPUNG.CO.ID - Perubahan pasar tenaga kerja global tidak lagi bergerak pelan. Digitalisasi, krisis ekonomi, hingga perubahan pola hidup pascapandemi telah menggeser cara orang bekerja.
Salah satu perubahan paling mencolok adalah menguatnya peran freelancer dalam struktur ketenagakerjaan modern. Freelance tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan sambilan, melainkan bagian dari transformasi besar dunia kerja.
Di Indonesia, fenomena ini semakin terasa. Banyak pekerja muda hingga profesional berpengalaman memilih jalur freelance sebagai respons atas pasar kerja yang kian fleksibel, namun juga penuh ketidakpastian.
Model kerja konvensional dengan jam kantor tetap dan ikatan jangka panjang mulai kehilangan daya tarik.
BACA JUGA:Prospek Freelance di Indonesia: Peluang Besar, Tantangan Nyata
Perusahaan kini lebih selektif merekrut karyawan tetap karena beban biaya operasional yang tinggi.
Sebagai gantinya, sistem berbasis proyek menjadi pilihan, membuka ruang luas bagi tenaga freelance.
Freelancer menawarkan fleksibilitas bagi perusahaan sekaligus kebebasan bagi pekerja. Namun di balik fleksibilitas itu, terjadi pergeseran besar dalam relasi kerja.
Tanggung jawab yang sebelumnya berada di pundak perusahaan kini beralih ke individu, mulai dari jaminan sosial hingga pengelolaan karier.
BACA JUGA:Freelance di 5 Tahun Mendatang: Apa yang Berubah?
Kemajuan teknologi menjadi katalis utama perubahan ini. Platform digital mempertemukan klien dan freelancer lintas wilayah, bahkan lintas negara.
Keahlian seperti desain grafis, penulisan, pemasaran digital, hingga pemrograman kini dapat dipasarkan tanpa batas geografis.
Transformasi ini memunculkan pasar tenaga kerja yang lebih terbuka, tetapi juga lebih kompetitif.
Freelancer dituntut tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan adaptasi, komunikasi, dan manajemen diri yang kuat.
BACA JUGA:Freelance Terlihat Bebas, Nyatanya Penuh Pertaruhan