Waktu dan Proses Pelaksanaan
Secara tradisional, Tari Turuk Langgai dilaksanakan pada malam hari. Waktu malam dipercaya sebagai saat terbaik untuk berkomunikasi dengan dunia gaib karena suasana yang tenang dan sakral. Sebelum ritual dimulai, dilakukan prosesi khusus untuk memastikan apakah roh-roh leluhur merestui pelaksanaan upacara.
Salah satu tahapan penting adalah pemeriksaan usus ayam. Tiga lembar usus ayam diamati dengan saksama. Jika usus tampak bersih, lurus, dan segar tanpa bercak merah atau hitam, maka hal tersebut dianggap sebagai tanda persetujuan dari roh.
Namun, jika ditemukan tanda yang dianggap buruk, ritual tidak boleh dilanjutkan karena diyakini dapat mendatangkan malapetaka.
BACA JUGA:Mantan Gubernur Lampung Arinal Diperiksa Kejati
Properti dan Busana Tari Turuk Langgai
Dalam Tari Turuk Langgai, properti dan busana memiliki makna simbolis yang kuat. Beberapa properti utama yang digunakan antara lain:
1. Manik-manik
Manik-manik dikenakan di kepala dan leher sebagai hiasan sekaligus simbol status spiritual Sikerei. Aksesoris ini juga dipercaya memiliki kekuatan magis.
BACA JUGA:Gumuk Reco, Wisata Ekstrem di Atas Perbukitan Banyubiru
2. Dedaunan
Dedaunan dipegang di kedua tangan dan diselipkan di bagian punggung sebagai simbol ekor hewan. Properti ini menegaskan hubungan tarian dengan alam dan dunia fauna.
3. Bulu unggas
Bulu burung digunakan sebagai hiasan kepala yang melambangkan kebebasan, kekuatan, dan hubungan dengan dunia atas. Selain itu, penari juga mengenakan kalung dengan berbagai motif tradisional yang mencerminkan identitas budaya Mentawai.
BACA JUGA:Situs Sokoliman: Jejak Kehidupan Megalitikum di Gunungkidul, Yogyakarta
Fungsi dan Nilai Budaya