MEDIALAMPUNG.CO.ID - Trend meminjam uang melalui aplikasi digital terus melonjak. Hingga September 2025, total utang masyarakat Indonesia yang berasal dari pinjaman online (pinjol) dan layanan paylater telah mencapai Rp101,3 triliun.
Lonjakan ini bukan hanya menegaskan popularitas layanan keuangan digital, tetapi juga menunjukkan meningkatnya potensi risiko kredit di tengah tingginya konsumsi berbasis utang.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pinjol tetap menjadi penyumbang terbesar dengan outstanding Rp90,99 triliun.
Angka tersebut tumbuh 22,16 persen dibanding September 2024 yang berada di posisi Rp74,48 triliun. Secara bulanan, pembiayaan pinjol juga naik 3,86 persen dari Agustus 2025 yang mencapai Rp 87,61 triliun.
BACA JUGA:UMKM Harus Tahu, Begini Cara Lolos Pengajuan KUR BRI 2025 di Bulan Desember
Namun, pertumbuhan ini disertai dengan peningkatan risiko gagal bayar. Rasio kredit macet pinjol (TWP90) naik dari 2,60 persen pada Agustus menjadi 2,82 persen di September 2025.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian pengguna mulai mengalami kesulitan membayar cicilan, seiring meningkatnya konsumsi yang bergantung pada utang digital.
Berbeda dengan pinjol, paylater mencatatkan pertumbuhan paling agresif. Total utang masyarakat melalui skema “beli sekarang, bayar nanti” ini mencapai Rp10,31 triliun, atau melesat 88,65 persen dibanding tahun sebelumnya.
Meski pertumbuhannya sangat cepat, tingkat pembiayaan bermasalah (NPF gross) paylater relatif terkendali di angka 2,92 persen.
BACA JUGA:Developer Freelance: Persaingan Ketat di Era AI Coding
Pembiayaan Lainnya Ikut Berkembang
Pada sektor lembaga pembiayaan, modal ventura, dan jasa keuangan lainnya (PVML), total piutang pembiayaan tercatat sebesar Rp 507,14 triliun, tumbuh 1,07 persen secara tahunan.
Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan pembiayaan modal kerja yang naik 10,61 persen.
Dari sisi kesehatan industri, kondisi sektor pembiayaan masih solid dengan:
BACA JUGA:Ramai Dibahas, Ini Skema Bunga KUR BRI 2025 untuk Pinjaman Rp25 Juta