Jejak Kejayaan dan Peninggalan Kerajaan Demak

Rabu 26-11-2025,19:38 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

Putra Sultan Trenggono ini memerintah dalam masa yang tidak stabil. Perselisihan keluarga dan berbagai perebutan kekuasaan melemahkan otoritas kerajaan.

5. Arya Penangsang (1547–1554)

Naiknya Arya Penangsang ke tahta semakin memperuncing konflik internal. Kepemimpinannya yang pendek diwarnai perseteruan dengan para bangsawan lain, hingga akhirnya ia terbunuh. Kematian Arya Penangsang menjadi titik akhir kekuatan Demak sebelum akhirnya wilayah itu berada di bawah pengaruh Kesultanan Pajang pada tahun 1560.

BACA JUGA:Sadis! Insanul Fahmi Ancam ‘Jajan’ Jika Istri Tolak Nikahi Inara Rusli

Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Puncak kejayaan Demak terjadi pada masa Sultan Trenggono. Wilayahnya membentang luas, mencakup daerah-daerah penting seperti Sunda Kelapa, Surabaya, Pasuruan, Tuban, Madiun, hingga Blambangan yang kala itu masih bercorak Hindu. 

Ekspansi tersebut membuat Demak menjadi pusat kekuatan baru yang mampu menggantikan pengaruh Majapahit di Jawa.

Selain kekuatan politik, kejayaan Demak juga terlihat dari perannya sebagai pusat dakwah Islam. Para wali, ulama, serta para pedagang menjadikan kawasan ini tempat penyebaran ilmu, budaya, dan ajaran Islam yang berkembang hingga seluruh Jawa.

BACA JUGA:Fenomena Upwelling di Danau Ranau, Ribuan Ikan Nila Keramba Mendadak Mati

Keruntuhan Kerajaan Demak

Keruntuhan Demak tidak disebabkan oleh musuh luar, tetapi berasal dari persaingan internal keluarga kerajaan. 

Setelah Sultan Trenggono wafat, para keturunannya saling memperebutkan kekuasaan. Pembunuhan dan balas dendam antar anggota keluarga, seperti konflik antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang, melemahkan stabilitas internal. 

Pada akhirnya Demak tidak mampu mempertahankan kekuatan politiknya dan jatuh dalam pengaruh Kasultanan Pajang.

BACA JUGA:Kadiskes Lampung Barat Jelaskan Soal Angka Stunting: SSGI Turun, Data Beda dengan e-PPGBM

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Demak

Walaupun runtuh, Demak meninggalkan sejumlah peninggalan penting yang masih terawat hingga saat ini, antara lain :

  1. Pintu Bledek. Pintu kayu berukir ini dibuat sejak 1466 oleh Ki Ageng Selo. Kini disimpan di Museum Masjid Agung Demak.
  2. Masjid Agung Demak. Masjid bersejarah yang berdiri sejak 1479 M dan diyakini dibangun oleh Wali Songo. Arsitekturnya menjadi contoh perpaduan budaya Islam dan Jawa.
  3. Makam Sunan Kalijaga. Berada di Kadilangu, makam ini menjadi tujuan ziarah banyak umat Islam dari seluruh Indonesia.
  4. Soko Guru. Empat tiang utama Masjid Demak yang dibuat oleh Sunan Jati, Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga. Lambang persatuan para wali.
  5. Dampar Kencana. Singgasana raja yang dulu digunakan sebagai mimbar khutbah.
  6. Piring Campa. Dekorasi porselen dari Campa, hadiah dari ibu Raden Fatah.
  7. Mihrab Condro Sengkolo. Prasasti tahun 1479 M yang menunjukkan perpaduan budaya Jawa dan Islam.
  8. Surya Majapahit. Lambang matahari delapan penjuru yang ditemukan di reruntuhan bangunan tua peninggalan Majapahit di wilayah Demak.
  9. Bedug dan Tabuhan. Alat penanda waktu shalat yang masih tersimpan di masjid.
  10. Kolam Wudhu. Tempat wudhu berbentuk kolam yang menjadi fasilitas bagi santri dan musafir pada masa lalu.
  11. Maksurah. Kaligrafi kuno yang menghiasi dinding masjid.
  12. Pawestren. Ruang khusus shalat perempuan dengan empat tiang utama berukir motif Majapahit.
Kategori :